Setelah menghadapi kesulitan teknis dan ekonomi yang serius, Rusia telah secara dramatis mengurangi program pembangunan jet tempur siluman pertama mereka. Moskow menunda akuisisi skala besar pesawat tempur generasi kelima Sukhoi T-50. Kremlin diam-diam mengakui kebenaran tentang apa yang dipelajari oleh militer AS dekade yang lalu. China mungkin juga akan belajar di tahun-tahun mendatang yakni bahwa mengembangkan pesawat siluman memang sulit.
Tapi untungnya untuk angkatan udara Rusia, dan sialnya bagi Washington dan sekutunya jika Moskow memiliki rencana cadangan, tidak demikian dengan Amerika. Pemerintah Rusia memiliki skenario membeli versi upgrade berat pesawat tempur lama. Sebuah pendekatan yang tidak dilakukan Pentagon karena dianggapboros. Skenario Rusia ini yang membantunya untuk mempertahankan keunggulan udaranya. T-50, seperti hampir semua pesawat siluman sebelumnya, telah terbukti mahal dalam pengembangnanya meskipun seberapa persis biaya yang dibutuhkan tetap menjadi rahasia yang dijaga ketat. Pesawat yang dibangun untuk menghindari radar membutuhkan pekerjaan desain yang cermat, pengujian ekstensif dan bahan eksotis untuk konstruksi mereka. Semua fitur ini akan membutuhkan biaya dua hingga tiga kali lipat dibandingkan dengan membangun pesawat non siluman.Meski harus mengeluarkan biaya tinggi, angkatan udara di seluruh dunia seperti berebut untuk memperoleh pesawat siluman karena kemampuan mereka untuk menghindari deteksi radar yang secara teori, menawarkan keunggulan besar dalam pertemuran udara dan serangan darat.
Tapi pendapat lain mengatakan bahwa pesawat siluman terlalu berlebih dan lebih baik untuk membeli pesawat dalam jumlah yang lebih besar tetapi murah meski bukan siluman. Dan Moskow mengambil filosofi ini.Rusia Terlambat ke Pesta Siluman
Rusia tiba terlambat ke pesta pesawat perang siluman. Angkatan Udara AS menerjunkan pertama pesawat perang yang mampu menghindari radar yakni F-117 pada tahun 1983. Amerika kemudian menambahkan B-2 stealth bomber dalam gudang senjatanya pada 1997 sebelum F-22 Raptor tiba pada 2005. Sementara Korps Marinir adalah cabang pertama di militer Amerika Serikat yang memperkenalkan pesawat tempur siluman terbaru F-35 ke layanan pada bulan Juli 2015. Sedang Angkatan Udara Amerika berencana mengikuti korps Marinir pada 2016 ini.
F-117 pensiun pada tahun 2008, namun Pentagon masih memiliki ratusan pesawat siluman dan berencana untuk mengakuisisi ratusan lebih di tahun-tahun mendatang dengn melalukan pembelian skala besar dari F-35 dan baru Long-Range Strike Bomber yang akan menjadi pengganti B- 2. Lumpuhnya ekonomi dan militer pasca runtuhnya Uni Soviet pada 1991 memaksa Rusia tidak serius menggarap T-50 sampai 2002. Prototipe pertama lepas landas pada penerbangan perdananya pada Januari 2010, satu tahun sebelum prototipe siluman pertama China J -20 memulai debutnya.Semua pesawat siluman, baik milik AS, Rusia dan China memiliki fitur khusus untuk meminimalkan pendeteksian mereka di radar dan sensor lainnya. Termasuk desain pesawat bulat atau sudut yang dapat menyebarkan gelombang radar ditambah dengan bahan-bahan khusus untuk menyerap radar bukan memantulkannya.
Desain pesawat siluman merupakan hasil dari tindakan balancing. Pesawat harus mampu menghindari deteksi sementara juga terbang cepat dan cukup jauh, dan membawa muatan yang cukup besar, untuk membuat mereka berguna. Selama 40 tahun telah bekerja pada teknologi siluman, Amerika Serikat tidak pernah berhenti berjuang dengan keseimbangan ini yakni membeli pesawat dalam jumlah besar agar biaya produksi bisa ditekan.B-2 sulit untuk terdeteksi dan bisa terbang dengan baik. Tetapi harga satu unitnya lebih dari US$ 2 miliar. Ini jelas terlalu mahal untuk pembelian massal. Angkatan Udara AS akhirnya hanya mampu membeli 21 dari pesawat berbentuk kelelawar dari produsen Northrop Grumman. Lockheed Martin merancang F-35 untuk menjadi terjangkau, tapi memaksa perusahaan untuk memotong kembali sejumlah fitur siluman tempur. Dalam hal apapun, kesulitan perkembangan telah mendorong biaya F-35 menjadi lebih dari US$ 100 juta pesawat. Tetap tidak murah.
Baik pemerintah Rusia maupun Sukhoi, perusahaan yang membuat T-50, tidak pernah mengatakan berapa biaya untuk mengembangkan dan membangun T-50 yang merupakan pesawat supersonik twin-engine, satu kursi termasuk berapa pesawat yang akan dibeli setelah desain selesai. Akan aman untuk mengatakanpembangunan bisa menghabiskan puluhan miliar dolar. Dan setiap pesawat harganyabisa mencapai US $100 juta.Kinerja Tidak Baik
Dan itu dengan asumsi T-50 benar-benar bekerja. Ada tanda-tanda bahwa pesawat ini tidak baik atau setidaknya tidak sangat baik. Dalam enam tahun, enam prototipe T-50 telah menyelesaikan hanya 700 tes penerbangan, menurut sebuah artikel baru-baru di majalah Combat Aircraft yang ditulis Piotr Butowski, seorang ahli penerbangan militer Rusia. Sebagai perbandingan, Lockheed dan Angkatan Udara AS membangun delapan pesawat uji F-22 dan mereka melakukan 3.500 kali uji terbang antara 1997 dan 2005. Sepertinya T-50 bahkan tidak cukup handal untuk menjalani pengujian intensif.
Cacat hitam juga terjadi pada 10 Juni 2014, ketika prototipe T-50 kelima yan saat itu berusia kurang dari satu tahun mengalami kebakaran mesin saat taxi di darat. Kerusakan begitu buruk hingga Sukhoi harus menghentikan produksi prototipe keenam dan menggunakan bagian-bagiannya untuk membangun kembali pesawat terbakar. Angkatan udara India, yang mempertimbangkan untuk membeli versi T-50, mengeluhkan “kurangnya dalam hal kinerja dan fitur teknis lainnyaPengembangan T-50 semakin lambat dan mahal ketika pemerintah asing menerapkan sanksi pada Rusia mulai 2014 setelah aneksasi ke Krimea Ukraina. Selain itu jebloknya harga minyak juga telah menjadikan ekonomi Rusia tersedak. Pada tahun 2015 Rusia memasuki resesi dengan ekonominya menyusut 3 persen dalam satu tahun. Tidak mengherankan, pada bulan Maret 2015, Wakil Menteri Pertahanan Yuri Borisov mengumumkan bahwa Rusia akan mengurangi pesanannya. Kremlin mengatakan hanya akan membeli selusin T-50 pada tahun 2020, bukan 60 seperti rencana awal.
Siluman vs Klasik
Amerika Serikat harus memiliki lebih dari 500 pesawat siluman dalam pelayanan garis depan. China telah menyelesaikan seri standar produksi pertama dari J-20 pada bulan Desember 2015 dan diharapkan untuk mendapatkan puluhan lainnya dalam beberapa tahun ke depan – meskipun tidak jelas berapa banyak biaya J-20 dan seberapa tingkat kemampuannya.
Untuk mengkompensasi pemangkasan pembelian T-50, Kremlin telah meningkatkan produksi Su-35 dan Su-30, versi upgrade terbaru dari legenda Perang Dingin Su-27 Flanker. Salah atu jet tempur bermesin ganda yang sangat tangguh dan telah dijadikan standar dari pembangunan sejumlah pesawat baru Rusia. Pesawat yang juga digunakan China dan India. Su-35 dan Su-30 tidak siluman, tetapi mereka mampu terbang cepat, jauh dan mampu membawa bom dan rudal dalam jumlah tinggi.Su-35, khususnya, adalah pesawat tempur yang sangat mampu. Moskow memerintahkan 48 pesawat pada tahun 2009 dan telah menempatkan pesanan 50 pesawat lagi. “Akan adil untuk menggambarkan pesawat ini sebagai puncak arus desain jet tempur konvensional,” tulis Carlo Kopp, seorang analis Power Air think tank Australia, “Campuran desain aerodinamis dasar yang luar biasa dengan mesin canggih, kontrol penerbangan dan teknologi avionik”
Karena didasarkan pada yang telah terbukti, desain Su-35 jelas terpercaya. Pesawat ini juga relatif murah, yakni di bawah US$ 50.000.000 per pesawat. Yang merupakan setengah harga dibandingkan T-50 atau F-35. Sebuah pesawat tempur upgrade hanya memiliki satu kekalahan dibandingkan dengan pesawat siluman yaki kemampuan untuk menghindar dari deteksi radar. Tapi jet tempur klasik benar-benar memegang kelebihan dari pesawat siluman ketika bicara soal keandalan, biaya dan beberapa parameter kerja termasuk manuver dan payload.Tetapi Amerika tetap tidak mengambil garis ini. Pentagon memutuskan untuk terus mendukung pesawat siluman, bahkan membatalkan upgrade pesawat yang lebih tua seperti F-15 dan F-16 untuk mendapatkan lebih banyak uang guna mendapatkan lebih banyak uang untuk F-35. Di Rusia, situasi sebagian besar menemui masalah, memaksa Kremlin untuk bertaruh pada jet tempur klasik dibandingkan siluman.
Dunia mungkin tidak pernah tahu siapa yang benar apakah Rusia dan Amerika Serikat dalam hal ini. Kecuali jika memang ada perang yang akhirnya akan membuktikan konsep mana yang benar. Siluman dalam jumlah sedikit, atau non siluman tetapi banyak. Sumber : David-Reuters, Jejak Tapak