
Setelah menghadapi kesulitan teknis dan ekonomi yang serius, Rusia telah secara dramatis mengurangi program pembangunan jet tempur siluman pertama mereka. Moskow menunda akuisisi skala besar pesawat tempur generasi kelima Sukhoi T-50. Kremlin diam-diam mengakui kebenaran tentang apa yang dipelajari oleh militer AS dekade yang lalu. China mungkin juga akan belajar di tahun-tahun mendatang yakni bahwa mengembangkan pesawat siluman memang sulit.
Meski harus mengeluarkan biaya tinggi, angkatan udara di seluruh dunia seperti berebut untuk memperoleh pesawat siluman karena kemampuan mereka untuk menghindari deteksi radar yang secara teori, menawarkan keunggulan besar dalam pertemuran udara dan serangan darat.
Rusia Terlambat ke Pesta Siluman

Rusia tiba terlambat ke pesta pesawat perang siluman. Angkatan Udara AS menerjunkan pertama pesawat perang yang mampu menghindari radar yakni F-117 pada tahun 1983. Amerika kemudian menambahkan B-2 stealth bomber dalam gudang senjatanya pada 1997 sebelum F-22 Raptor tiba pada 2005. Sementara Korps Marinir adalah cabang pertama di militer Amerika Serikat yang memperkenalkan pesawat tempur siluman terbaru F-35 ke layanan pada bulan Juli 2015. Sedang Angkatan Udara Amerika berencana mengikuti korps Marinir pada 2016 ini.
Semua pesawat siluman, baik milik AS, Rusia dan China memiliki fitur khusus untuk meminimalkan pendeteksian mereka di radar dan sensor lainnya. Termasuk desain pesawat bulat atau sudut yang dapat menyebarkan gelombang radar ditambah dengan bahan-bahan khusus untuk menyerap radar bukan memantulkannya.
B-2 sulit untuk terdeteksi dan bisa terbang dengan baik. Tetapi harga satu unitnya lebih dari US$ 2 miliar. Ini jelas terlalu mahal untuk pembelian massal. Angkatan Udara AS akhirnya hanya mampu membeli 21 dari pesawat berbentuk kelelawar dari produsen Northrop Grumman. Lockheed Martin merancang F-35 untuk menjadi terjangkau, tapi memaksa perusahaan untuk memotong kembali sejumlah fitur siluman tempur. Dalam hal apapun, kesulitan perkembangan telah mendorong biaya F-35 menjadi lebih dari US$ 100 juta pesawat. Tetap tidak murah.
Kinerja Tidak Baik
Dan itu dengan asumsi T-50 benar-benar bekerja. Ada tanda-tanda bahwa pesawat ini tidak baik atau setidaknya tidak sangat baik. Dalam enam tahun, enam prototipe T-50 telah menyelesaikan hanya 700 tes penerbangan, menurut sebuah artikel baru-baru di majalah Combat Aircraft yang ditulis Piotr Butowski, seorang ahli penerbangan militer Rusia. Sebagai perbandingan, Lockheed dan Angkatan Udara AS membangun delapan pesawat uji F-22 dan mereka melakukan 3.500 kali uji terbang antara 1997 dan 2005. Sepertinya T-50 bahkan tidak cukup handal untuk menjalani pengujian intensif.
Pengembangan T-50 semakin lambat dan mahal ketika pemerintah asing menerapkan sanksi pada Rusia mulai 2014 setelah aneksasi ke Krimea Ukraina. Selain itu jebloknya harga minyak juga telah menjadikan ekonomi Rusia tersedak. Pada tahun 2015 Rusia memasuki resesi dengan ekonominya menyusut 3 persen dalam satu tahun. Tidak mengherankan, pada bulan Maret 2015, Wakil Menteri Pertahanan Yuri Borisov mengumumkan bahwa Rusia akan mengurangi pesanannya. Kremlin mengatakan hanya akan membeli selusin T-50 pada tahun 2020, bukan 60 seperti rencana awal.
Siluman vs Klasik

Amerika Serikat harus memiliki lebih dari 500 pesawat siluman dalam pelayanan garis depan. China telah menyelesaikan seri standar produksi pertama dari J-20 pada bulan Desember 2015 dan diharapkan untuk mendapatkan puluhan lainnya dalam beberapa tahun ke depan – meskipun tidak jelas berapa banyak biaya J-20 dan seberapa tingkat kemampuannya.
Su-35, khususnya, adalah pesawat tempur yang sangat mampu. Moskow memerintahkan 48 pesawat pada tahun 2009 dan telah menempatkan pesanan 50 pesawat lagi. “Akan adil untuk menggambarkan pesawat ini sebagai puncak arus desain jet tempur konvensional,” tulis Carlo Kopp, seorang analis Power Air think tank Australia, “Campuran desain aerodinamis dasar yang luar biasa dengan mesin canggih, kontrol penerbangan dan teknologi avionik”
Tetapi Amerika tetap tidak mengambil garis ini. Pentagon memutuskan untuk terus mendukung pesawat siluman, bahkan membatalkan upgrade pesawat yang lebih tua seperti F-15 dan F-16 untuk mendapatkan lebih banyak uang guna mendapatkan lebih banyak uang untuk F-35. Di Rusia, situasi sebagian besar menemui masalah, memaksa Kremlin untuk bertaruh pada jet tempur klasik dibandingkan siluman.