Situasi di Laut Cina Selatan telah berkembang lebih kompleks selama seminggu terakhir, setelah pesawat serangan A-10 milik Angkatan Udara Amerika melakukan terbang patroli maritim di atas rantai terumbu karang yang dikenal sebagai Scarborough Shoal. Wilayah ini terletak kurang dari 150 mil ke barat dari Filipina, dan dianggap sebagai situs di mana Beijing dapat melaksanakan “reklamasi lahan” dan melanjutkan ekspansi militer di kawasan itu tahun ini.
A-10 mungkin tampak seperti sebuah pesawat tidak mungkin untuk misi ini. Pesawat lapis baja dua mesin yang juga dikenal dengan panggilan Warthog ini telah dalam pelayanan sejak tahun 1970, dan dirancang untuk dukungan udara jarak dekat di mana pesawat tempur membantu pasukan darat dengan menyerang tank musuh, kendaraan dan posisi. Semua itu tidak ada yang di sekitar Scarborough Shoal, dan pesawat dianggap lebih rentan dibandingkan pesawat militer Amerika lainnya terhadap rudal permukaan ke udara.
A-10 juga lebih lambat dibanding sebagian besar pesawat saingannya, termasuk pesawat tempur China J-11B yang juga telah dikirimkan Beijing ke wilayah tersebut.
Jadi kenapa kemudian Thunderbolt digunakan untuk misi ini? Tujuan utamanya hanyalah untuk mengirimkan pesan. Pesawat tidak dimaksudkan untuk dogfights dengan jet tempur China tetapi mampu terbang melalui wilayah udara internasional di dekat Scarborough Shoal guna menunjukkan komitmen Pentagon dalam menjaga langit dan perariran untuk tetap terbuka bagi semua orang.
Kolonel Angkatan Udara AS Larry Card, komandan kontingen udara di Filipina mengatakna: “Tugas kami adalah untuk memastikan domain udara dan laut tetap terbuka sesuai dengan hukum internasional.”
Letnan Kolonel Damien Pickart, Juru Bicara Angkatan Udara Pasifik, sebagaimana dilaporkan Washington Post Rabu 27 April 2016 mengatakan bahwa A-10 memiliki kemampuan menjelajah baik dan manuver pada kecepatan udara dan ketinggian rendah yang diperlukan untuk melakukan misi udara ke udara dan domain kesadaran maritim dan serta pemulihan misi.
Menggunakan A-10 dan helikopter HH-60G Pave Hawk di sekitar Filipina secara strategis dan ekonomis adalah keputusan yang tepat, karena mereka sudah hadir di wilayah itu setelah latihan militer Balikatan, katanya. Latihan itu digelar 4 sampai 16 Agustus.
Filipina akhirnya mungkin juga akan tertarik utnuk memperoleh A-10 yang akan segera dipensiun Angkatan Udara yang akan memberi jalan bagi Amerika untuk menjalin keakraban dengan Filipina yang sempat terganggu setelah penutupan pangkalan militer beberapa tahun silam. Filipina masih menggunakan pesawat turboprop OV-10 untuk dukungan udara jarak dekat.
Sumber : Jejak Tapak