Profesor Alan Robock dari Universitas Rutgers di New Jersey, AS, mengaku baru-baru ini ada seorang konsultan yang meneleponnya, bertanya bisakah dia mendeteksi jika ada pihak yang merekayasa iklim. Konsultan itu diketahui bekerja untuk CIA.
"Tentu saja mereka juga bertanya, jika kita mengendalikan iklim negara lain, apakah mereka dapat mengetahuinya," kata Robock, yang dikutip Daily Mail, Senin 16 Februari 2015.
Robock adalah satu dari banyak ilmuwan di seluruh dunia, yang secara aktif mencari cara memanipulasi cuaca sebagai cara mengatasi perubahan iklim, mulai dari menyebar kimia pada awan, hingga merefleksikan sinar matahari ke angkasa.
Dia mengatakan pada konsultan CIA itu, bahwa upaya untuk memanipulasi cuaca dalam skala besar dapat dideteksi. Tapi pada konferensi tahunan di San Jose, dia mengatakan bahwa cuaca telah menjadi senjata sejak lama.
Saat Perang Vietnam, para ilmuwan AS berusaha meningkatkan curah hujan untuk menghambat pergerakan musuh, dengan menyebar partikel ke awan. Tehnik itu selanjutnya digunakan juga oleh CIA.
CIA merekayasa curah hujan di Kuba, membuat hujan deras yang panjang untuk menghancurkan panen gula di Kuba. Manipulasi hujan bukan cuma untuk memicu banjir, tapi juga kekeringan.
"Takut," kata Robock, saat ditanya tentang apa perasaannya setelah mendapat telepon dari konsultan CIA. "Saya belajar tentang banyak hal lain yang dilakukan CIA, yang tidak mengikuti peraturan."
Robock menegaskan bahwa penelitian tentang tehnik rekayasa cuaca harus dilakukan terbuka dan secara internasional, sehingga tidak menyisakan pertanyaan tentang penggunaannya untuk kepentingan jahat.
CIA diyakini telah menanamkan banyak dana terkait rekayasa iklim. "Membuat saya khawatir siapa yang akan memegang kendali," kata Robock.
Sumber : Viva News