Warga dan pejabat pemerintah setempat di kota Al-Hasakah di utara Suriah berunjuk rasa memprotes kehadiran 150 tentara AS di kota Rumeilan yang dikendalikan Kurdistan Suriah. Demikian hal tersebut dilaporkan media Rusia Sputnik, mengutip informasi yang dipublikasikan kantor berita Suriah SANA.
"Kami mengecam pelanggaran terhadap kedaulatan yang dilakukan secara terang-terangan terhadap Suriah. Kami tidak akan membiarkan sepatu Amerika menginjak tanah air kami. Kami juga melawan terhadap segala rencana untuk memfederalisasi Suriah," kata Gubernur Al-Hasakah Mohammad Zaal selama demonstrasi.
Unjuk rasa serupa sebelumnya telah diadakan di kota tetangga Al-Hasakah, Al-Qamishli.
Kementerian Luar Negeri Suriah menyebut pengiriman 150 tentara AS ke bandara Rumeilan di timur laut negara itu sebagai "intervensi yang tidak dapat diterima dan ilegal" yang datang begitu saja tanpa izin dari pemerintah Suriah.
Pada tanggal 28 April, Presiden AS Barack Obama mengumumkan bahwa Washington akan "menurunkan hingga 250 personil tambahan di Suriah, termasuk Pasukan Khusus". Mereka diharapkan akan melatih Pasukan Demokratik Suriah.
Gedung Putih menegaskan bahwa penyebaran Pasukan Khusus dimaksudkan untuk mengusir teroris ISIS.
Pada Rabu (27/4), sekitar 150 orang tentara AS tiba di timur laut Suriah, di kota Rumeilan yang dikontrol oleh Kurdistan Suriah. Menurut sumber keamanan Kurdi, sebagian dari kontingen militer AS telah tiba segera menuju ke utara Provinsi Raqqa.
Menuai Kritik
Sementara itu, seorang perwira Angkatan Darat AS telah menggugat Presiden Barack Obama atas legalitas perang melawan ISIS. Perwira berusia 28 tahun tersebut mempertanyakan klaim Obama yang menyatakan bahwa ia tak memerlukan otoritas Kongres untuk memerintahkan militer AS melaksanakan misi yang lebih dalam, tulis The New York Times pada Rabu.
Kapten Nathan Michael Smith, seorang perwira intelijen yang ditempatkan di Kuwait, menyuarakan dukungan kuat untuk memerangi ISIS. Namun demikian, ia mengatakan bahwa ia harus berpegang pada "hati nurani" dan sumpahnya untuk menegakkan Konstitusi. Ia mengatakan bahwa ia percaya bahwa misi penambahan personil ke Suriah tersebut kekurangan otorisasi yang tepat dari Kongres.
Tantangan hukum datang setelah kematian prajurit Amerika yang ketiga dalam memerangi ISIS. Karena alasan itu, Presiden Obama memutuskan untuk secara signifikan menambah jumlah anggota Pasukan Khusus.
Presiden Obama telah menyatakan bahwa ia sudah memiliki wewenang yang ia perlukan untuk mengobarkan perang terhadap ISIS di bawah otorisasi melawan pelaku serangan teroris 11 September 2001, yang ditetapkan oleh Kongres tak lama setelah serangan tersebut terjadi.
Sumber : RBTH