Amerika Serikat, Rusia dan China terus berlomba untuk mengejar kemampuan menciptakan rudal kecepatan tinggi bertenaga scramjet / ramjet. Wakil Komandan Starategis AS Letnan Jenderal Stephen Wilson mengatakan mempersenjatai kendaraan hipersonik dengan hulu ledak nuklir saat ini tidak menjadi bagian dari percakapan, setidaknya tidak untuk Amerika.
Kecepatan dari rudal balistik antar benua (ICBM) Minuteman III dapat mencapai Mach 20, atau 20 kali kecepatan suara, selama penerbangan. Tetapi rudal rudal jelajah nuklir saat ini jauh lebih lambat hingga akan lebih mudah untuk diintersep atau dicegat.
Rudal Angkatan Udara AS mesin turbofan Boeing AGM-86 air-launched cruise missile (ALCM), misalnya, memiliki kecepatannya sekitar Mach 0,65, atau 800km / jam. Kendaraan hipersonik eksperimental Boeing, X-51 Waverider, mencapai kecepatan tertinggi Mach 5, atau 3,300mph, selama penerbangan pada tahun 2013.
Wilson mengatakan Rusia dan China telah maju dalam lomba senjata hipersonik, dan AS harus tetap ada di depan dalam teknologi ini jika itu adalah untuk mengatasi sistem pertahanan udara baru di seluruh dunia.
“Hal Speed. Kecepatan mempersulit segalanya, “katanya pada forum Asosiasi Angkatan Udara di Washington DC Mei 2016. “Musuh kita melakukan itu karena akan mempersulit pertahanan.
“Hal yang pasti bahwa militer AS telah melihat ke dalam, dalam hal beberapa tes yang telah kami lakukan selama beberapa tahun terakhir, tapi kami belum berbicara tentang mereka dalam konteks kekuatan nuklir. Kami hanya berbicara tentang [hulu ledak] konvensional pada saat ini.”
Wilson khawatir tentang perkembangan rudal kecepatan tinggi, hulu ledak ICBM manuver akan dilakukan lawan-lawan Amerika dan itu kemungkinan akan dilakukan. “Itu pasti apa yang kita lihat lawan mengejar untuk bisa membangun segala macam senjata,” katanya sebagaimana dikutip Flightglobal Mei 2016.
Rudal jelajah telah lama menggunakan complex manoeuvres dan terrain-following flight control software untuk menghindari intersep, namun sebagian besar adalah rudal dengan kecepatan subsonic.
Diskusi tentang penggunaan teknologi baru seperti kendaraan hipersonik dan hulu ledak manuver datang setelah America mengejar rekapitalisasi senjata nuklir terbesar sejak berakhirnya Perang Dingin.
Kontrak untuk pembangunan dua senjata nuklir prioritas tinggi sedang dikompetisikan tahun ini yakni rudal jelajah Long-Range Standoff (LRSO) untuk menggantikan ALCM dan Ground-Based Strategic Deterrent (GBSD) untuk menggantikan Minuteman III.
Sementara Rusia telah lebih konsisten memperbarui persediaan nuklir sejak pecahnya Uni Soviet dan bergeser ke rudal jelajah Kh-102 dan ICBM SS-27. Sementara itu, Angkatan Laut Rusia berencana untuk memperkenalkan rudal jelajah Mach 6 “Zircon”.
Wakil Menteri Pertahanan AS Robert Work mengatakan pada peringatan Operasi Badai Gurun di Mitchell Institute Maret lalu bahwa senjata hipersonik merupakan bagian tak terpisahkan dari Third Offset Strategy Pentagon untuk mendapatkan kembali keunggulan teknologi Amerika.
“Tak perlu dikatakan, lawan kami mengejar mereka sangat cepat,” katanya, mencatat bahwa China tampaknya membuat kemajuan yang paling siginifikan, terutama dengan kendaraan hipersonik. “China memiliki ratusan hypersonic wind tunnels. Ini luar biasa.”
Seberapa cepat atau lambat America berjalan tergantung pada pilihan strategis yang akan dilakukan selama beberapa tahun ke depan. Ancaman ini cukup nyata bahwa Komite Angkatan Bersenjata Senat telah mengadopsi undang-undang yang akan mengarahkan Badan Pertahanan Rudal AS untuk segera memulai program yang ditujukan untuk menciptakan sistem pertahanan yang mampu mengalahkan rudal hipersonik dan rudal balistik manuver.
Sumber : Jejaktapak