Bila pada dekade silam, ikon senjata Paskhas TNI AU adalah kanon triple gun, maka saat ini ada dua ikon senjata Paskhas yang terbilang populer, yaitu rudal MANPADS (Man Portable Air Defence System) QW-3 dan kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) Oerlikon Skyshield. Dan bila sebelumnya rudal QW-3 terlihat selalu disuguhkan dalam moda dipanggul, kini QW-3 andalan Korps Baret Jingga juga ditampilkan dalam platform twin launcher.
Melihat QW-3 dalam platform twin launcher, sontak mengingatkan pada jenis rudal hanud Mistral Atlas buatan MBDA, yang dioperasikan Arhanud TNI AD. Twin launcher memang dipersiapkan untuk adopsi rudal pada vehicle mounted. Kebetulan platform QW-3 twin launcher ini sempat kami pergoki saat ditampilkan dalam demo pekan dirgantara HUT TNI AU ke-70 di Lanud Halim Perdanakusuma.
QW-3 twin launcher punya beberapa keunggulan dibanding model panggul, pasalnya posisi penembakan lebih stabil, gunner pun dalam posisi duduk manis, sehingga bisa membidik sasaran lebih fokus dan tenang. Kabar baiknya, twin launcher QW-3 sudah bisa diproduksi di dalam negeri, meski rudalnya sendiri masih di impor dari China Aerospace Science and Industry Corporation (CASIC), Cina. Di artikel terdahulu, kami telah mengupas cukup detail tentang seluk beluk rudal yang juga belakangan digunakan Arhanud TNI AD ini.
Bagi personel Denhanud (Detasemen Pertahanan Udara) Paskhas, bercerita tentang rudal ini menjadi sangat menyenangkan, pasalnya dalam beberapa kali uji coba penembakkan, rudal yang mampu melesat 750 meter per detik ini memang tak pernah gagal dalam menghajar sasaran berupa target drone. Lepas dari bahasan tentang QW-3 yang sudah pernah kami sajikan, nyatanya ada beberapa poin menarik yang rasanya menarik untuk kami bagi dalam tulisan ini.
Diantara yang menarik adalan proses reload (isi ulang), satu tabung peluncur memang bisa dipakai lebih dari satu kali penggunaan, tapi maksimum hanya bisa sampai tiga kali penggunaan, termasuk penggunaan dalam latihan akan mengurangi masa pakai tabung peluncur. Kemudian waktu untuk reload, rudal memang dapat diisi ulang dengan cepat ke tabung, namun untuk mempersiapkan sensor dan IFF (Identification Friend or Foe) interrogator bisa makan waktu 10 menit. Bila gunner terdesak untuk meluncurkan rudal secara kilat, dengan modal nekat tentu QW-3 dapat siap tembak setiap saat.
Dalam gelar operasinya, satuan tembak (Satbak) QW-3 akan sangat bergantung pada koordinasi dari radar Smart Hunter. Pasalnya Smart Hunter yang akan menginformasikan data IFF, dan perintah Satbak QW-3 mana yang harus merespon datangnya sasaran di suatu area pertahanan. Adanya informasi dari Smart Hunter juga berperan untuk keselamatan awak Satbak dari potensi serangan udara, dimana arah datangnya lawan dapat diketahui lebih dini.
Elemen lain yang tak kalah penting adalah battery coolant unit, bentuknya berupa tabung yang terdapat dibawah ujung peluncur rudal. Karena vitalnya baterai ini, dalam operasinya setiap peluncur harus mempersiapkan cadangan sampai empat unit baterai. Agar rudal senatiasa siap digunakan, secara berkala dilakukan jadwal maintenance.
Populasi QW-3 di arsenal Paskhas sendiri lumayan besar, dipercaya ada lebih dari 200 unit, belum lagi QW-3 yang ada dioperasikan Arhanud TNI AD. Boleh jadi saat ini QW-3 adalah tulang punggu rudal hanud di Indonesia, terutama dalam hal kekuatan logistik. (Haryo Adjie)
Sumber : Indomiliter