Australia telah memutuskan untuk memilih kapal selam Shortfin Barracuda Prancis untuk mengganti Kelas Collins mereka. Jika kapal selam ini sudah masuk ke layanan maka akan mendorong kemampuan Australia jauh ke depan dalam hal kekuatan di bawah gelombang.
Dalam beberapa tahun ke depan kawasan Pasifik memang akan semakin sesak dengan kapal selam yang wira-wiri melakukan misinya masing-masing.
China sedang membangun armada 80 kapal selam konvensional dan bertenaga nuklir. Mereka akan mencakup serangan kapal selam konvensional dan nuklir yang dirancang untuk menghancurkan kapal selam lain dan kapal permukaan, dan kapal selam nuklir yang dipersenjatai dengan rudal balistik yang mungkin dengan hulu ledak nuklir dan mampu mengancam target dari jarak jauh.
Sementara Jepang memiliki armada tangguh dari 17 kapal selam konvensional dan akan terus ditambah hingga mencapai 22. Korea Selatan memiliki kekuatan kapal selam kelas sangat kompeten dengan sembilan kapal selam konvensional kelas Chang Bogo yang didasarkan dari kapal selam Type 209 Jerman. Mereka juga tengah membangun sembilan kapal selam lebih modern yang dikembangkan dari Type 214 Jerman hingga akan memiliki 18 kapal modern sebelum akhir dekade ini. Seoul juga berencana untuk merancang dan membangun kapal tambahan sendiri.
Singapura memiliki kekuatan kapal selam konvensional yang juga tidak bisa diremahkan. Negara kecil ini memiliki empat kapal selam Kelas Sjoormen buatan Swedia dan dua kapal kelas Archer. Dua kapal selam type 218 Jerman juga akan mereka terima pada tahun 2020.
Taiwan sementara harus tertatih-tatih karena hanya memiliki dua kapal selam tua. Tetapi mereka tengah berjuang untuk memiliki setidaknya delapan kapal modern.
Bagaimana dengan Indonesia? Saat ini Angkatan Laut memang hanya memiliki dua kapal selam yakni KRI Cakra dan KRI Nenggala yang sudah tua. Tetapi Indonesia juga berencana untuk memiliki setidaknya 12 kapal selam. Tiga di antaranya adalah Kelas Chang Bogo yang dipesan dari Korea Selatan dan setidaknya dua kapal akan dibangun di dalam negeri. Sisanya, Indonesia masih dalam proses pencarian. Kapal Selam Kelas Kilo yang dibangun Rusia kerap disebut petinggi militer Indonesia sebagai salah satu yang terbaik. Tetapi sejauh ini belum ada keputusan yang diambil.
Hanya saja, Indonesia tidak boleh lambat dalam memilih kapal selam lain untuk menutup kekurangan. Karena harus dipahami membeli kapal selam bukan hal yang cepat. Membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai kapal itu bisa masuk ke layanan. Terlambat sedikit, maka Indonesia akan sangat kedodoran untuk mengimbangi operasi bawah gelombang.
Kapal selam Amerika juga akan menambah sibuknya perairan pasifik. Amerika adalah operator kapal selam terbesar di dunia dengan memiliki 14 kapal selam nuklir rudal balistik, empat kapal selam rudal yang dikonversi dan 55 kapal selam serangan. Sekitar dua pertiga dari kapal ini ada di bawah Komando Pasifik.
Belum lagi Rusia yang juga mulai aktif kembali di kawasan ini. Rusia diketahui terus melakukan pembenahan armada kapal selamnya dan sekarang memiliki sekitar 12 kapal selam bertenaga nuklir rudal balistik, 25 kapal selam serangan nuklir dan sekitar 20 kapal konvensional kelas Kilo dan Lada. Rusia juga masih membangun kapal selam generasi baru yang semakin tangguh.
Sumber : Jejak Tapak