Menteri Luar Negeri Filipina Filipina Jose Rene Almendras Kamis 28 April 2016 menyatakan bahwa negaranya hanya mengusulkan patroli yang terpisah, namun terkoordinasi untuk mengidentifikasi lintasan yang aman bagi perjalanan kapal.
Pada pekan lalu, Indonesia meminta bergabung dalam patroli maritim dengan Filipina dan Malaysia. Patroli bersama akan melibatkan beberapa kapal dari tiga angkatan laut dan melintasi wilayah perairan di masing-masing ketiga negara tersebut.
Pejabat dari ketiga negara tersebut akan bertemu di Jakarta pada 5 Mei mendatang untuk membahas kerja sama.
“Isu yang dibahas soal penyelamatan dan keamanan,” kata Almendras kepada Kantor Berita Reuters setelah penandatanganan kesepakatan bantuan prasarana dengan Korea Selatan.
“Ini disebut dengan patroli yang terkoordinasi. Kami akan melakukan patroli dan mereka juga menggelar patroli di wilayah perairan mereka sendiri sehingga tidak ada lagi ancaman terhadap perjalanan kapal, termasuk penculikan terhadap para pelaut,” katanya menambahkan.
Dua pelabuhan batu bara Indonesia tertutup bagi kapal-kapal dari Filipina dan negara bagian Sabah di Malaysia Timur karena alasan keamanan.
Meningkatkan frekuensi serangan di lautan berdampak terhadap perdagangan batu bara Indonesia di beberapa negara tentangga se-Asia Tenggara. Indonesia adalah negara terbesar pengekspor batu bara termal di dunia dan Filipina mengandalkan 70 persen batu bara, yang diimpor dari Indonesia.
Indonesia masih berupaya membebaskan 14 warga negaranya, yang disandera kelompok pemberontak Abu Sayyaf dari kapal mereka di wilayah Filipina selatan dan Indonesia meminta bergabung dalam patroli tersebut. Empat pelaut Malaysia juga disandera.
Pemberontak garis keras, yang meminta tebusan puluhan juta dolar AS, memenggal kepala seorang sandera asal Kanada pada Senin dan masih menahan 23 sandera lain. Sandera itu antara lain berasal dari Belanda, Jepang, Norwegia, dan Filipina.
Presiden Filipina Benigno Aquino berjanji akan menghancurkan para gerilyawan. Sebanyak 14 gerilyawan tewas dalam pengeboman di benteng Pulau Jolo sejak Selasa, kata juru bicara militer.
Sejak 2006, Amerika Serikat telah menyediakan dana bantuan militer hampir 200 juta dolar AS untuk memperkuat pasukan Angkatan Laut di tiga negara Asia Tenggara tersebut dalam memerangi pembajakan dan militansi.
Sumber : Jejak Tapak