China sedang mengembangkan dua jenis rudal anti-satelit untuk menantang dominasi AS di ruang angkasa, Bill Gertz, seorang analis militer dan editor senior dari Washington FreeBeacon, menulis pada 25 Maret 2015.
Admrial Cecil Haney D, komandan Komando Strategis AS, mengatakan kepada Gertz kekhawatiran mengenai penumpukan kekuatan nuklir China dan Rusia. Dia juga mengatakan kelompok-kelompok teror akan meluncurkan serangan cyber canggih terhadap Amerika Serikat. Haney mengatakan lebih lanjut bahwa Amerika Serikat harus menanggapi serius kemungkinan serangan serangan China terhadap satelitnya di orbit.
“Ancaman di ruang angkasa, saya pada dasarnya percaya, adalah salah satu yang nyata,” tulis Gertz mengutip Haney.
Disebutkan uji coba rudal anti-satelit pertama China pada tahun 2007 menciptakan puluhan ribu keping sampah angkasa dan negara itu terus melakukan tes anti-satelit hingga Juli 2014. “Uji tahun lalu tidak membuat puing-puing namun karena China tidak melakukan hit-to-kill,” kata Haney.
Gertz mengatakan rudal anti-satelit yang digunakan selama pengujian pada tanggal 23 Juli tahun lalu diidentifikasi oleh Pentagon sebagai-DN 1. China memiliki rudal anti-satelit kedua yang dikenal sebagai DN-2 yang diuji pada tahun 2013. Rudal ini dikembangkan untuk menghantam satelit di orbit tinggi, di mana satelit mata-mata, navigasi dan penargetan diposisikan. Haney mengatakan bahwa AS telah mengambil langkah-langkah untuk menangani jenis baru ini ancaman.
Anggaran pemerintahan Obama untuk tahun fiskal 2016 terdapat dana yang cukup untuk investasi dalam kemampuan perlindungan ruang angkasa, menurut Haney. Sistem pertahanan ini digambarkan sebagai sistem pasif, termasuk peringatan bahaya atau mata-mata tentang ancaman ruang. Haney mengatakan taktik, teknik dan prosedur untuk pertahanan ruang juga harus dikembangkan. Ketika ditanya tentang mengembangkan kemampuan ruang ofensif, Haney mengatakan akan dimasukkan ke dalam program perlindungan ruang angkasa.
Sumber : Jejak Tapak