Sejak zaman Yuri Gagarin, kosmonot Soviet sudah membawa senjata saat pergi ke luar angkasa, namun hal ini tabu dibicarakaan pada masa Uni Soviet. Para kosmonot dipersenjatai senapan Makarof (PM) reguler, sama seperti yang digunakan oleh polisi. Senjata tersebut diberikan untuk berjaga-jaga seandainya kosmonot mendarat di alam liar, bertujuan untuk melindungi mereka dari hewan buas atau penjahat kriminal.
Dulu, Rusia enggan mengganti senjata perbekalan kosmonot. Namun hal itu berubah setelah pada 1965, kosmonot Alexei Leonov dan Pavel Belyaev mengalami kecelakaan dan harus mendarat di tengah hutan pohon jarum (taiga).
Ketika itu, Leonov dan Belyaev harus menghabiskan beberapa hari di tengah hutan. Tim penyelamat kesulitan menemukan mereka karena medannya cukup rumit. “Helikopter yang terbang di atas kami hanya melihat ada seseorang yang sedang menebang pohon dan ada orang lain yang menggunakan kayu tebangan itu sebagai kayu bakar,” tutur Leonov.
Tak lama setelah kedua kosmonot tersebut membangun tempat berlindung, kemudian mereka didatangi beruang yang baru saja bangun dari hibernasi musim dinginnya—yang tentu saja lapar dan agresif. Satu-satunya hal yang dapat dilakukan Leonov dan Belyaev adalah melakukan tembakan ke udara, yang malah membuat hewan-hewan liar itu semakin penasaran. “Makarov hanya bagus untuk menembak diri sendiri,” seloroh Leonov.
Leonov kemudian menggagas pembuatan senjata khusus bagi kosmonot untuk bertahan hidup jika mereka terpaksa melakukan pendaratan darurat. Ide senjata tersebut dikembangkan selama tiga minggu oleh Direktur Pabrik Senjata Tula, Vladimir Paramov. Paramov kemudian mengusulkan tiga ide, yakni revolver, rifle smoothbore semiotomatis, dan senapan laras tiga. Akhirnya, senapan laras tiga dipilih menjadi senjata baru kosmonot karena dinilai paling cocok untuk tujuan yang diinginkan, yakni melindungi diri dari binatang buas dan penjahat kriminal, berburu makanan, dan menembakkan sinyal bahaya yang kasat mata. Senapan tersebut memiliki dua laras atas horizontal yang halus dengan kaliber berburu 32 mm dan laras rifling bawah berkaliber 5,45 mm. Amunisi yang digunakan adalah peluru SP 5,45 mm, gotri SP kaliber 32 mm, dan selongsong sinyal SP kaliber 32 mm.
Para pekerja pabrik menyebut senapan itu sebagai "Senapan Impian Pemburu", sedangkan dalam dokumen resmi ia terdaftar dengan nama SONAZ (СОНАЗ—senjata api darurat portabel).
Secara resmi СОНАЗ mulai tersedia pada 1986. Senapan yang juga dikenal sebagai senjata api TP-82 ini meluncur ke ruang angkasa pada tahun yang sama dalam misi ruang angkasa Prancis-Soviet.
TP-82 memiliki popor unik berupa parang berlapis sarung keras yang menempel pada senapan sehingga menghasilkan sebuah rifle. Parang tersebut dapat digunakan untuk memotong kayu. Dengan laras smoothbore, senapan ini dapat digunakan untuk berburu binatang kecil seperti kelinci dan ayam, sementara rifle dapat digunakan untuk berburu binatang besar seperti rusa dan babi hutan. Amunisi TP-82 terdiri dari 11 peluru SP, 10 gotri SP, dan lima selongsong sinyal SP.
Senjata ini menjadi senjata darurat kosmonot andalan Rusia. Wakil Direktur Departemen Pertahanan Hidup Darurat di Pusat Pelatihan Kosmonot Nicholai Filatov menjelaskan senapan ini pernah diisi pasir dan air di dalamnya, namun tetap dapat bekerja dengan normal. “Padahal itu tidak kami uji sebelumnya,” tutur Filatov.
Semua orang menginginkan senjata ini, mulai dari pilot, geolog, pelancong, apalagi pemburu. Bahkan, saat para gembala Kazak mengetahui kabar mengenai TP-82, mereka langsung bersedia menukar seluruh kawanan dombanya untuk memiliki senjata tersebut.
TP-82 tersedia hingga akhir 1980-an. Versi resmi alasan penghentian produksi senjata ini adalah sudah cukup banyak model yang dikeluarkan. Namun menurut rumor, masalah keuangan periode pasca-Perestroika tidak memungkinkan pabrik senjata memproduksi senapan eksotik semacam itu. Tak lama kemudian senjata tersebut dikloning menjadi Vepr-1 dan Vepr-2.
Pada 1983 perusahaan produsen senjata api Savage membuat versi analog TP-82 untuk astronot NASA yang dikenal dengan nama 24-VS. Sementara itu, Pabrik Senjata Randall membuat pisau Astro 17 yang gagangnya berisi perlengkapan pertolongan pertama. Namun belum diketahui apakah astronot Amerika dipersenjatai benda tersebut ketika menjalankan misi ruang angkasa mereka.
Nasib TP-82 pasca-Soviet tidak banyak diketahui. Tidak jelas apakah TP-82 atau versi analognya masih menjadi bagian dari persenjataan kosmonot. Pada 2007, media mengungkap bahwa komandan ekspedisi ke-16 ke Stasiun Ruang Angkasa Internasional (ISS) Yuri Malenchenko dibekali sebuah pistol Makarov karena masa aktif selongsong amunisi TP-82 telah habis.
Pada tahun 2008, ahli ruang angkasa Amerika Serikat yang merupakan insinyur NASA ternama James Oberg meminta agar senjata api Rusia tersebut dikeluarkan dari ISS. Ia menganggap senjata merupakan hal yang berbahaya dan senapan tidak perlu ada di orbit, tempat orang bekerja dalam kondisi penuh tekanan dan ketegangan secara psikologis.
Namun, para ahli Rusia tidak setuju dengan Oberg. Menurut Direktur Persiapan Khusus di Pusat Pelatihan Kosmonot Yuri Gidzenko, kebutuhan untuk memiliki senjata dalam pesawat telah terbukti dari pengalaman terbang selama ini. Maka, terlalu dini untuk menyingkirkan TP-82 dari gudang senjata kosmonot dan sejarah ruang angkasa.
Sumber : RBTH