WASHINGTON - Angkatan Laut AS berhasil meluncurkan sebuah pesawat tempur tak berawak dari geladak Kapal Induk USS George HW Bush (CVN 77), untuk pertama kalinya Selasa, (14/4/2013). Peluncuran ini disebut sebagai terobosan untuk penerbangan robot.
Juru bicara Angkatan laut AS mengatakan, pesawat Combat Air System (UCAS) yang diberi nama X-47B terbang ke udara setelah diluncurkan oleh ketapel kapal induk di lepas pantai Virginia. "Saya dapat mengkonfirmasikan berhasil diluncurkan pada pukul 11.18 (1518 GMT)," kata Letnan Angkatan Laut Katie Cerezo kepada AFP.
Pesawat melakukan beberapa penerbangan rendah selama 65 menit sebelum mendarat di Maryland di Stasiun Udara Angkatan Laut AS di Patuxent River. Uji terbang dinyatakan berhasil dan sebuah tonggak baru. Pesawat tak berawak cukup dikendaikan dari operator di laut.
Angkatan Udara dan Angkatan Darat AS telah memiliki armada besar pesawat robot tetapi Angkatan Laut berharap untuk mengejar ketertinggalan dengan membuat pesawat X-47B, helikopter tak berawak Fire Scout dan pesawat tak berawak lainnya yang dapat terbang selama berjam-jam untuk mengintai atau menyerang musuh.
X-47B ini terlihat seperti versi kecil dari pesawat bomber siluman B-2. Bisa terbang mencapai ketinggian 40.000 kaki dengan lama terbang sekitar enam jam atau 2.100 mil laut (3.900 kilometer), dan memiliki dua ruang senjata yang dapat membawa muatan hingga 2.040 kilogram.
Dengan rentang lebih lama dibanding jet tempur berawak, bomber robot ini bisa mengubah peperangan di laut sama dengan yang dilakukan pesawat robot dalam peperangan darat. Pesawat dikendalikan oleh klik mouse dari perator misi. Pesawat memiliki lebih banyak otonomi dibanding pesawat robot yang ada, kata Northrop Grumman, yang memproduksi pesawat itu.
Kelompok-kelompok HAM dunia telah menyuarakan keprihatinan atas munculnya pesawat tempur yang lebih otonom yang dapat memungkinkan robot berperang semi-independen.
Human Rights Watch telah mengatakan X-47B berpotensi mengkhawatirkan. Kelompok ini menyerukan larangan "pre-emptive" untuk senjata robot yang sepenuhnya otonom, yang dikatakan akan membahayakan warga sipil dan melanggar prinsip-prinsip hukum humaniter internasional.(Sumber : Kompas)