Aktivis dan LSM pro Barat mengkritisi besarnya anggaran militer di Indonesia, padahal jumlahnya cuma US$ 975 juta.
Mereka pura-pura tidak tahu bahwa Singapura, yang negara mini, punya anggaran militer US$ 4.300 juta, empat setengah kali lipat dari anggaran militer Indonesia.
Singapura punya lebih seratus pesawat tempur, sekeliling pulaunya dilindungi oleh sederetan rudal Rapier dengan radar automatik. Singapura juga telah memesan 4 (empat) kapal selam modern dari Swedia. Bandingkan dengan peralatan tempur AU dan AL kita yang begitu memprihatinkan dan ketinggalan zaman!. Pertanyaan kita sekarang ialah: Apakah anggaran militer Singapura US$ 4.300 juta itu hanya untuk pertahanan negerinya, yang begitu kecil?
Ataukah justru untuk mensubversi Indonesia dan Malaysia untuk menguasai Asia Tenggara yang Melayu, yang dianggap sebagai the soft nations alias makanan empuk anjing serigala Singapura? Buat apa itu empat kapal selam modern padahal Singapura tidak punya perairan? Seratus pesawat tempur untuk menghadapi siapa? Kenapa TNI diam saja?
Kalau sekarang kita bertempur melawan Singapura, kita pasti kalah, dan sebagian Riau akan dicaplok Singapura!
Bung Karno berpesan: “Janganlah melupakan sejarah!” Kita punya daftar sejarah yang menunjukkan bahwa Singapura adalah bukan sahabat Indonesia:
- Sampai sekarang Singapura tidak menandatangani perjanjian ekstradisi sehingga konglomerat perampok uang rakyat Indonesia aman berlindung di Singapura.
- Tahun 1871 Singapura adalah negeri Melayu, yang kini menjadi warga marjinal dan tinggal 15% saja. Singapura adalah Home-land Cina Hoakiau.
- Hak orang Melayu masuk militer dibatasi, kolonel adalah pangkat maksimum.
- Pada saat konfrontasi “Ganyang Malaysia 1963-1966”, RRC yang dalam retorika mendukung Indonesia tetap mengaktifkan Bank of China di Singapura.
- Pada 1967 Singapura dengan sombong menggantung pahlawan Operasi Trikora, Usman dan Harun, walaupun konfrontasi Indonesia versus Malaysia & Singapura sudah dihentikan.
- Sebagian besar devisa hasil ekspor yang mencapai US$ 50 milyar setiap tahun, tidak masuk ke Indonesia tetapi disimpan di bank-bank Singapura. Inilah sebab kenapa Indonesia yang punya banyak ekspor tapi kekurangan devisa.
- Pada puncak krisis moneter 1998, setelah Presiden Habibie secara terbuka menyatakan bahwa Singapura tidak bersahabat dengan Indonesia, barulah Singapura dengan enggan membantu Indonesia, setelah Malaysia dan Brunei.
- Setiap bulan Singapura mengimpor 500.000 ton pasir dari Riau. Jelas pasir ini untuk reklamasi pantai mereka dengan merugikan perairan Indonesia.
- Penyelundupan besar-besaran timah dan BBM Indonesia ditampung Singapura.
- Jika pelabuhan Sabang bisa dibangun maka Sabang Freeport akan menyaingi bahkan bisa “menghabisi” Singapura. Karena itu, Singapura berkepentingan atas kacaunya Aceh, sehingga pembangunan Sabang Freeport tersendat.
- “Pengusaha-pengusaha” Singapura, mulai ikut campur tangan dalam bursa pemilihan Gubernur Riau. Sementara kita khawatir akan kemelut di Aceh, bisa saja terjadi muncul Republik Riau yang didukung oleh Singapura.
- Singapura mendapatkan keuntungan jika Indonesia pecah seperti Uni Soviet dan Yugoslavia. Negara-negara eks Republik Indonesia, secara sosial dan ekonomi akan berkiblat ke Singapura yang kinerjanya lebih baik dari pada Jakarta.
Apa Singapura berharap bisa jadi ibukota Negara Nusantara kelak? Demikian sekedar pandangan yang mungkin bermanfaat bagi putra-putri bangsa kita.
Sumber : militerhankam