Boeing F-15C Eagle telah berada dalam pelayanan bersama Angkatan Udara AS selama hampir 40 tahun dan kemungkinan akan masih terbang satu dekade lagi. Selama bertahun-tahun F-15 telah menjalani sejumlam evolusid engan peningkatan kemampuan.
Eagle memang sudah tua, tetapi dia masih menjadi salah satu pesawat paling menakutkan di planet bumi ini. Satu-satunya pesawat yang ada di atasnya adalah F-22 Raptor.
Analis militer Dave Majumdar dalam artikelnya di National Interest Jumat 11 September 2015 ancaman untuk F-15 kemungkinan besar akan datang dari Rusia dengan kehadiran Su-35 Flanker-E. Ancaman ini akan berkembang biak karena Flanker-E sepertinya akan mengikuti jalur pendahulunya Su-27 sebagai pesawat yang laris manis di luar negeri. China hampir pasti mendaptakan pesawat ini. Indonesia juga telah menyatakan akan membelinya. Sementara Pakistan juga dalam pembicaraan. India juga membuka peluang itu.
Menurut Majumdar, Su-35 adalah mesin perang yang benar-benar berbahaya, dan dalam banyak metrik, seimbang bahkan melebihi kemampuan F-15 dengan upgrade terbaru. Dalam hal kinerja kinematik murni, Su-35 sedikit lebih lambat dari F-15C dalam hal kecepatan maksimum tapi akselerasi Su-35 sangat baik karena didukung dua mesin kuat Saturnus Izdeliye 117 yang mengeluarkan daya dorong masing-masing 31.900 poun. Jet Su-35 juga relatif lebih ringan sehingga dapat mempertahankan kecepatan supersonik tanpa afterburnur.
Akselerasi yang sangat baik pada ketinggian tinggi untuk mencapai kecepatan supersonik menjadi keunggulan besar Flanker-E. Tetapi ini tidak akan menjadi penentu kemenangan atas F-15C. Yang berbahaya adalah kemampuan Su-35 justru pada kecepatan rendah. Flanker-E memiliki tiga dimensi dorong vectoring dan kemampuan manuver luar biasa pada kecepatan rendah. Namun dengan masing-masing menggunakan helmet mounted cuing systems dan rudal high off-boresight seperti AIM-9X pada F-15 dan R-73 di Su-35 maka dalam pertarungan jarak dekat keduanya akan dalam posisi saling membunuh. Dan dalam situasi seperti ini maka penentunya adalah kemampuan pilot dan terus terang keberuntungan.
Pada rentang lebih panjang, F-15C dan F-15E masih memiliki kelebihan atas Su-35 karena memiliki radar active electronically scanned array. Radar Raytheon APG-63 (v) 3 dan APG-82 (v) 1 pada dua varian Eagle ini masih jauh lebih unggul dari radar array Su-35S yang menggunakan Tikhomirov IRBIS-E phased array radar. Tetapi hal ini akan menjadikan keunggulan Su-35 dalam sensor pasif. Hanya saja perlu dicatat F-15 dalam waktu dekat juga akan menerima infrared search and track system (IRST) yang juga akan menyulitkan Su-35.
Salah satu hal yang mungkin akan menjadikan Flanker-E memegang ekndali adalah pada sistem perang elektronik. Su-35S membanggakan memori frekuensi radio digital ampuh yang dapat menjadi malapetaka bagi kemampuan rudal AIM-120 AMRAAM yang dibawa F-15. Sehingga F-15 akan membutuhkan lebih banyak rudal untuk bisa membunuh Flanker-E dalam situasi dia mendapat serangan elektronik yang sangat berat. Su-35, di satu sisi adalah gudang senjata yang besar dengan rudal yang akan sulit untuk dilawan oleh sistem defensif elektronik F-15 yang sudah usang. Angkatan Udara AS sangat menyadari masalah ini hingga mereka menekankan untuk mengupgrade sistem Eagle Passive/Active Warning and Survivability dengan anggaran US$7,6 juta.
Faktanya Su-35S telah sebanding bahkan di beberapa titik lebih unggul dibanding F-15 Eagle dan itulah yang mengkhawatirkan Angkatan Udara AS hingga upgrade terhadap Eagle terus dilakukan agar F-15C bisa menghadang Su-35S di udara.
Tetapi skenario ini hanya berlaku jika Amerika bertempur di udara melawan Rusia atau mungkin China. Lantas bagaimana jika F-15 bertemu dengan Su-35 yang dioperasionalkan oleh negara di luar Rusia atau China? Jawabannya akan sangat berbeda. Karena hampir tidak ada negara di luar Rusia atau China yang memiliki pelatihan pilot mendekati Amerika. Selain itu yang juga perlu dicatat, negara-negara di luar China dan Rusia juga tidak memiliki kemampuan pesawat AWACS yang akan sangat menentukan dalam pertarungan udara ke udara.
Intinya, menurut Majumdar kecuali F-15 terlibat dalam Perang Dunia III, Angkatan Udara AS mungkin akan tetap menjaga F-15 dalam pelayanan selama dua dekade lagi dan pesawat ini tetap tidak akan menjadi kalkun yang dengan mudah dikalahkan begitu saja.
Sumber : Jejaktapak