Amerika memperluas penyebaran kekuatan militernya di perbatasan Rusia. Untuk kali pertama Pentagon mengerahkan tank-tank mereka dari Bulgaria ke Georgia.
Penyebaran ini sebagai bagian untuk menggelar latihan militer di negara yang perang dengan Rusia tersebut.
Selama latihan Noble Partner tahun lalu di Georgia, AS baru mengarahkan kendaraan tempur Bradley. Sementara untuk latihan tahunan kedua kali ini Amerika mengerahkan 1 Tim Tempur Brigade Lapis Baja Angkatan Darat AS, dari Divisi Infanteri 3 lengkap dengan main batle tank Abrams yang digerakkand ari Bulgaria menuju Batumi.
“Kami di sini untuk melihat pelabuhan di Batumi guna memahami apa yang diperlukan untuk memindahkan peralatan, seberapa cepat kita bisa menggerakkan peralatan. Jadi, ini adalah bagian dari mempelajari logistik,” kata Jenderal Ben Hodges dari US Army Eropa, sebagaimana dikutip EurasiaNet, menjelang kedatangan tank.
“Tapi kami juga datang ke sini untuk menunjukkan kepada Georgia bahwa kami berkomitmen untuk bekerja dengan Georgia guna melanjutkan pekerjaan meningkatkan interoperabilitas.”
Pada bulan Januari, Menteri Pertahanan Georgia Tinatin Khidasheli menunjukkan bahwa latihan dimaksudkan untuk mencegah agresi Rusia.
“Tugas kami adalah untuk memastikan bahwa siapa pun, baik itu orang atau negara, berpikir dua kali sebelum mengambil keputusan yang salah,” kata Khidasheli. “Ini bukan bicara soal senjata, tetapi untuk memenuhi kebutuhan yang paling penting dari tentara Georgia.”
Latihan perang, akan diikuti sekitar 650 tentara AS, 150 tentara Inggris, dan 500 tentara Georgia dan merupakan bagian dari serangkaian latihan agresif yang telah dilakukan oleh negara-negara Barat di Eropa Timur.
Pasukan Georgia akan berpartisipasi dalam upaya membangun Response Force NATO dan latihan akan diadakan di fasilitas baru aliansi di Vaziani, meskipun fakta bahwa negara ini tidak secara resmi anggota.
Pasukan dari 17 negara NATO dan mitra non-anggota akan melakukan latihan maritim bersama di kawasan Baltik selama dua minggu ke depan, Kata Angkatan Laut AS.
Menanggapi hal itu Rusia menyebut langkah Amerika sebagai tindakan provokatif. “Kami menganggap seperti ‘eksplorasi’ dari wilayah Georgia oleh pasukan NATO menjadi langkah provokatif, bertujuan untuk dengan sengaja menggoyang situasi militer-politik di Kaukasus Selatan,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dikutip Sputnik.
Pada tahun 2008, Georgia melancarkan serangan militer terhadap republik yang memisahkan diri Ossetia Selatan dan Abkhazia, yang berakhir dengan perang lima hari dengan Rusia. Kedua wilayah mendeklarasikan kemerdekaan mereka dari Georgia pada awal 1990-an dan diakui oleh Rusia setelah konflik 2008. Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya telah menolak untuk mengakui kemerdekaan mereka.
Sumber : Jejak Tapak
