Pesawat tempur F-4 Phantom yang dibangun McDonnell Aircraft Corporation dengan cepat menjadi andalan tempur pada pertengahan 1960-an karena kemampuan membawa ribuan pon bom dalam satu misi dan kemudian juga kemampuan tinggi dalam pertarungan udara.
Tidak banyak yang tahu setelah kesuksesan awal diraih, pengembangan Phantom sempat mengarah pada pembanguna pesawat tempur sayap variable geometri yang kala itu dimiliki F-111B Angkatan Laut.
Konsep Phantom sayap ayun ini diberi nama F-4 (FV)S dengan tetap mengambil dasar utama dari F-4 tetapi dengan menghilangkan konfigurasi sayap bungkuk rendah dan diganti dengan sebuah sayap ayun yang didesain ulang dengan menggunakan akar sayap yang besar sebagai pivot point untuk swing-sayap. Hasilnya adalah desain yang mirip dengan MiG-23 Flogger Soviet.
Seperti General Dynamics F-111 dalam pembangunan pada saat itu, F-4 (FV) sayap ayunnya mampu menyapu antara 23 dan 75,5 derajat dan akan memberikan pilihan sudut F-4 sesuai kecepatan. Ketika sayap mengayun penuh ke belakang maka akan mendukung kinerja Phantom pada kecepatan tinggi. Sementara sayap lebar penuh akan sangat membantu kinerja dalam penerbangan kecepatan rendah.
Konfigurasi ini bisa memecahkan persoalan yang dialami dalam mengembangkan desain sayap Phantom. Hingga varian F-4E dan F-4S, F-4 memiliki sayap tetap. Konfigurasi ini sebenarnya sudah cukup untuk menjadi sebuah interceptor murni atau untuk misi pengintaian. Tetapi untuk dogfighting, akan cukup sulit untuk manuver guna menghindari tembakan pesawat musuh atau rudal darat ke udara.
US Navy Pilih F-14
Dengan menggunakan sayap geometri variabel, Phantom bisa lebih aerodinamis pada kecepatan tinggi dan lebih responsif pada kecepatan rendah.
Selain dibuat sayap ayun perubahan lain yang dilakukan pada F-4 (FV) S, termasuk meningkatkan kapasitas bahan bakar, modifikas ekor dan pengaturan landing gear baru. Bahkan mesin juga akan ditingkatkan dengan mesin yang lebih efisiensi bahan bakar dibandingkan General Electric J79 yang digunakan Phantom.
Tetapi Angkatan Laut tidak tertarik dengan konsep sayap ayun Phantom ini. McDonnell, yang menjadi McDonnell Douglas pada tahun 1967 terus mencoba melakukan pembenahan konsep. Masalah utama adalah bahwa Angkatan Laut sedang mencari pesawat Defender yang mampu membawa radar besar AWG-9 dan rudal AIM-54 Phoenix, sesuatu Phantom tidak bisa lakkan. Pesawat ini hanya menggunakan radar AWG-10 yang dianggap kurang mampu dan versi terbaru dari AIM-7 Sparrow.
Angkatan Laut akhirnya menemukan pesawatnya yang dikembangkan di bawah program VFX. Pesawat yang menjadi versi produksi dari konsep 303E Grumman atau yang kemudian dikenal dengan F-14A Tomcat yang juga menggunakan konsep sayap ayun.
Ditawarkan ke Inggris
Tidak putus asa Phantom sayap ayun kemudian ditawarkan ke Angkatan Laut dan Angkatan Udara Inggris. Untuk Royal Navy, McDonnell mengusulkan F-4J (FV) S dengan peningkatan kapasitas bahan bakar, desain ekor baru, radar AWG-10 dan rudal AIM-7F serta sayap geometri variabel dengan sapuan 19 hingga 70 derajat dan flaps rentang penuh. Pesawat ini juga akan memiliki sepasang mesin yang efisien dan lebih kuat yakni Rolls-Royce Spey turbofan.
Untuk Royal Air Force ditawarkan F-4M (FV) S yang akan bekerja untuk kebutuhan serangan darat. Kedua desain memiliki kesamaan tinggi dengan desainPphantom asli untuk kemudahan transisi dan pemeliharaan.
Tetapi pesawat ini dinilai Inggris tidak akan memberikan lompatan besar dalam kemampuan untuk Inggris akan terlalu berrisiko pada pengadaan itu. Selain itu, proyek AFVG Anglo-Perancis sudah ada dalam tahap awal yang justru akan terganggu jika mengambil Phantom. Demikian juga Angkatan Laut juga tidak menunjukkan minatnya. Hingga akhirnya Phantom sayap ayun pun mati.
Sumber : Jejak Tapak