Angkatan Laut Amerika ternyata tidak hanya melakukan operasi ‘kebebasan navigasi’ untuk menantang China di Laut China Selatan. Bahkan Pentagon mengatakan operasi ini dilakukan di 13 negara pada tahun lalu. Salah satunya Indonesia.
Menurut laporan Pentagon yang dirilis Senin 26 April 2016 operasi ini dilakukan untuk melawan China, India, Indonesia, Iran, Libya, Malaysia, Maladewa, Oman, Filipina dan Vietnam.
Namun dalam laporan itu tidak disebutkan berapa banyak operasi yang dilakukan pada setiap negara. “Militer AS melakukan operasi tunggal melawan Taiwan, Nikaragua dan Argentina, dengan total 13 negara,” kata departemen itu dalam laporan setebal dua halaman yang dikutip Reuters.
Operasi kebebasan melibatkan pengiriman kapal angkatan laut dan pesawat militer AS ke wilayah di mana negara-negara lain telah mencoba untuk membatasi akses. Tujuannya adalah untuk menunjukkan bahwa masyarakat internasional tidak menerima pembatasan tersebut.
Militer AS telah berulang kali melakukan operasi ini untuk melawan China dalam beberapa tahun terakhir dan melakukannya lagi pada tahun 2015 ketika Beijing semakin aktif dalam membangun pulau di wilayah yang disengketakan tersebut.
Kementerian Pertahanan China mengatakan dalam sebuah pernyataan di situsnya Senin mereka sangat prihatin dengan operasi tersebut. “Amerika Serikat melakukan militerisasi di Laut China Selatan atas nama kebebasan navigasi dan, mengancam kedaulatan dan keamanan negara pesisir dan menghancurkan perdamaian dan stabilitas regional,” kata kementerian itu.
Kepala Komando Pasifik AS Laksamana Harry Harris mengatakan tahun ini angkatan laut AS akan meningkatkan operasi kebebasan navigasi di Laut China Selatan karena kekhawatiran China berupaya untuk menegaskan dominasinya dengan membangun fasilitas militer di sana.
Jumlah negara AS ditantang tahun lalu turun dari 2014 yang menargetkan 19 negara dan itu menjadi jumlah terbesar dalam lebih dari satu dekade. Iran dan Filipina telah menjadi negara yang paling sering menjadi sasaran operasi selama bertahun-tahun, terutama karena mereka berada di jalur laut yang sibuk yang menjadikan mereka mencoba untuk membatasi atau mengatur pelayaran.
Sumber : Jejak Tapak