Ketika mendengar kata “Guam” maka yang terbayang biasanya sebuah pangkalan militer milik Amerika Serikat. Tidak salah. Karena pulau kecil di utara Pasifik ini memang menjadi basis penting Amerika.
Hanya saja, sebenarnya Guam juga telah menjadi sebuah lokasi wisata yang banyak dikunjungi. Banyak turis dari Jepang, Siberia, Rusia yang berbondong-bondong ke tempat ini untuk menikmati pantai tropis ketika wilayah mereka mengalami musim dingin. Bahkan banyak yang menganggap Guam telah menjadi mini Honolulu.
Tapi bagaimanapun Guam memang memegang peran strategis bagi Amerika, terlebih seperti sekarang ketika mereka tengah meningkakan perhatian di wilayah Asia.
Komandan militer Amerika menyebutnya pulau kecil ini sebagai “kapal induk permanen” dan “Pacific spear tip” yang bisa dengan mudah untuk akses menghadapi China, Rusia dan Korea Utara.
Guam telah diam-diam menjadi lokasi yang oleh Asisten Menteri Luar Negeri untuk Angkatan Laut, BJ Penn disebut sebagai “proyek terbesar yang pernah dilakukan Departemen Pertahanan “.
Tidak kurang dari US$20 miliar telah dihabiskan untuk membangun pangkalan Marinir dan meningkatkan basis pangkalan yang ada termasuk Andersen Air Force Base dan pangkalan angkatan laut di sekitar Apra Harbour.
Guam juga menjadi tuan rumah bagi pembom B-52 dan jet tempur yang jumlahnya terus meningkat dan pelabuhannya akan segera ditingkatkan untuk dapat menampung lebih banyak kapal selam dan kapal perusak.
Amerika secara rutin menerbangkan bomber B-52 untuk misi latihan di Laut China Selatan yang sekarang semakin memanas setelah China meningkatkan agresivitasnya di wilayah tersebut.
Terletak di timur laut Filipina, Guam dan Kepulauan Marianna telah lama digunakan oleh Washington sebagai pangkalan di kawasan Pasifik. Dari lokasi ini Amerika bisa dengan mudah memukul Asia dan menyediakan pusat transportasi regional untuk sisa Mikronesia.
“Guam telah menjadi bagian dari Amerika Serikat sejak tahun 1898. Terlepas dari periode singkat selama Perang Dunia II [saat itu diduduki oleh Jepang] daerah ini telah menjadi wilayah AS,” kata Komandan Angkatan Laut Dan Schaan di Apra Harbour sebagaimana dikutip ABC News, Rabu 27 April 2016.
“Tempat ini selalu penting untuk kebijakan nasional Amerika dalam kehadiran strategis di wilayah tersebut. Misi ini untuk mendukung strategi nasional sehingga kami menciptakan kemakmuran, stabilitas dan keamanan di kawasan itu, tidak hanya bagi AS tapi untuk mitra dan sekutu kami, ” dia berkata.
Tapi ada kecemasan lain yang muncul, seperti kecanggihan militer China yang semakin kuat dan kebengalan Korea Utara yang terus menjadi-jadi, khususnya kecepatan dan jangkauan rudal balistik mereka, yang telah secara efektif memperpendek waktu respons untuk pasukan AS ke Jepang dan Korea.
Penduduk setempat khawatir Guam akan menjadi target dalam permusuhan masa depan
Hampir sepertiga dari Guam secara langsung dikendalikan oleh militer AS dan melakukan operasi pelatihan reguler di Kepulauan Marianna yang ada dekatnya.
Salah peristiwa penting yang melibatkan Guam adalah ketika kelompok bomber termasuk Boeing B-29 Enola Gay, lepas landas pada suatu pagi Agustus tahun 1945 untuk menjatuhkan bom atom di Hiroshima.
Orang Chamorro, penduduk asli Guam khawatir wilayah mereka akan menjadi sasaran utama jika terjadi perang di masa depan seperti yang pernah terjadi pada Pearl Harbour.
Isu lain yang melukai perasaan beberapa warga, terutama para veteran, adalah bahwa mereka tidak dapat ikut memilih dalam pemilihan presiden AS meskipun mereka adalah warga negara Amerika.
Saat ini setidaknya ada 5.000 marinir ditempatkan di Guam. Jumlah ini berkurang dari sebelumnya yang mencapai 8.600 personel. Tetapi di sisi lain peningkatan terjadi untuk Angkatan Laut dan Angkatan Udara. “Itu adalah hasil dari komposisi pasukan yang direlokasi di sini dan bukannya kehadiran permanen tetapi lebih rotasi.
Sumber : Jejak Tapak