Ardava.com


Home » , , , , , , » AS Jatuhkan Miliaran Leaflet di Perang Korea, dan Nyaris Tak Ada yang Baca

AS Jatuhkan Miliaran Leaflet di Perang Korea, dan Nyaris Tak Ada yang Baca

Written By http://arsipardava.blogspot.com/ on Selasa, 22 Maret 2016

 Pesan yang Tak Terbaca 
AS Jatuhkan Miliaran Leaflet di Perang Korea, dan Nyaris Tak Ada yang Baca

Amerika Serikat dan sekutunya menjatuhkan sekitar 2,5 miliar selebaran propaganda selama Perang Korea. Tapi setelah gencatan senjata tahun 1953 yang menghentikan pertempuran, Pentagon menemukan bukti bahwa hanya sedikit pasukan musuh yang pernah membaca pesan di seleberan itu, apalagi memahaminya.

Salah satu alasan adalah bahwa pilot jarang menjatuhkan selebaran di tempat yang tepat. Ada juga terlalu selebaran dengan pesan kontradiktif dan membingungkan. Dan Angkatan Darat lebih terbiasa untuk bertempur dan membunuh sehingga tidak terbiasa dengan cara berperang propaganda.

Setidaknya di atas kertas, kampanye selebaran itu mengesankan. Mulai tahun 1951, tentara AS menciptakan puluhan jenis leaflet. Pesan dikonversi dalam bahasa Korea dan China karena Beijing juga terlibat perang pada bulan Oktober 1950.

Setelah komandan Amerika menyelesaikan desain mesin cetak di Jepang dan Korea Selatan kemudian mencetakanya sebelum kemudian Angkatan Darat memiliki mesin cetak sendiri di Korea.

Sebagian besar, selebaran berisi desakan kepada pasukan musuh untuk menyerah dan menjamin mereka akan menerima perlakuan yang manusiawi. Selebaran lainnya menyatakan bahwa Pemimpin Korea Utara dan komunis yang mengirimkan pasukan mereka adalah orang-orang bodoh. Para desainer sering menambahkan foto, komik dan gambar mengerikan.

AS Jatuhkan Miliaran Leaflet di Perang Korea, dan Nyaris Tak Ada yang Baca

“Banyak prajurit lebih senang untuk menyerah. PBB memperlakukan mereka dengan baik, ” demikian salah satu tulisan selebaran yang dilengkapi dengan kartun pasukan Korea Utara menyerahkan tangan untuk seorang tentara Barat. “Ya! Tentara PBB tentara menjamin kehidupan tentara yang menyerah. ”

“Kenapa harus aku yang mati dalam serangan berikutnya?” tulis leaflet lain, dengan sosok malaikat-seperti memimpin muram dengan tentara tertutup mata dan ada anak menangis. “Mengapa saya tidak hidup untuk kembali ke orang-orang yang mencintai saya?”

Awalnya, pilot pesawat pembom tempur F-51 dan T-6 Angkatan Udara AS hanya menjatuhkan selebaran yang digulung dari cockpits mereka. Kemudian, kru Amerika dan Korea Selatan beralih dengan melemparkan tumpukan kertas dalam jumlah besar dari pesawat angkut C-47.

Pada bulan Juni 1951, cabang terbang mulai menjatuhkan bom leaflet M-105. Masing-masing M-105 bisa membawa lebih dari 35.000 selebaran dan terbelah di udara seperti bom cluster. Berbeda dengan paket sebelumnya, pilot F-51 dan pembom B-26 memiliki waktu lebih untuk menjatuhkan alat ini pada sasaran sebelumnya.

Selain itu, pasukan di lapangan bisa mengirimkan selebaran dengan peluru artileri khusus. Seperti bom, putaran akan meledak terbuka di udara dan menyebarkan selebaran.

Antara Januari dan Juni 1951, Angkatan Darat mencetak lebih dari 27 juta selebaran. Selama enam bulan ke depan, produksi meningkat dua kali lipat. Tahun berikutnya, angka memuncak dengan rata-rata 12,5 juta selebaran per bulan. Pada bulan Agustus 1952, cabang tempur darat saja mengirimkan hampir 20 juta selebaran.

 Sia-sia 
AS Jatuhkan Miliaran Leaflet di Perang Korea, dan Nyaris Tak Ada yang Baca

Namun ketika berbicara dengan tentara Korea Utara yang menjadi tawanan perang , perwira Angkatan Darat menemukan bahwa banyak dari mereka belum pernah melihat sekalipun selebaran itu. Sebagian dari masalah adalah kurangnya pengalaman psikologis pasukan perang Amerika.

“Psywar, umurnya setua peperangan manusia, tetapi masih relatif baru untuk Angkatan Darat Amerika Serikat,” keluh petugas psywar US Army dalam laporan yang dikeluarkan empat bulan setelah gencatan senjata.

Meskipun Angkatan Darat menggunakan teknik penipuan dan propaganda selama Perang Dunia II, mereka terus melihat membunuh pasukan musuh sebagai pekerjaan yang paling penting. Menulis dan berbicara dengan lawan bukanlah prioritas.

Pada saat yang sama, Angkatan Darat berada di bawah tekanan besar untuk memproduksi sebanyak selebaran mungkin.

Seain itu Amerika juga memiliki sedikit sumber daya untuk bahasa dan pelatihan penting lainnya. Pada gilirannya, penerjemah China dan Korea sering mengalami kesulitan mengkonversi semangat pesan menggunakan kata dan frase yang tepat sesuai budaya Korea dan China.

Bahkan lebih bermasalah, bahasa pada selebaran dan siaran radio sering terlalu rumit bagi pasukan Korea Utara dan China yang kebanyakan buta huruf sehingga kata-kata yang digunakan dianggap terlalu tinggi.

Dan tentu saja faktor ketepatan sasaran saat dijatuhkan juga menjadi masalah. Pentagon tidak meneliti tempat terbaik untuk menjatuhkan selebaran, dan metode pengiriman di wilayah yang luas benar-benar tidak efektif. Ketika turun dari ketinggian untuk menghindari tembakan musuh, awak memiliki sedikit kontrol untuk menjatuhkan bundle selebaran dari kokpitnya, dan bom khususpun juga tidak terlalu baik.

AS Jatuhkan Miliaran Leaflet di Perang Korea, dan Nyaris Tak Ada yang Baca

“Musuh berjalan di sekitar tumpukan selebaran hingga pergelangan kakinya. Miliaran selebaran terbuang di medan tanpa hasil,” kata laporan itu.

Para petugas Angkatan Darat mengatakan mereka berhasil dalam mengurangi jumlah tema yang berbeda dan membatasi produksi keseluruhan selebaran pada akhir perang. Ini membuat usaha lebih terfokus pada kedua front. Dalam enam bulan pertama tahun 1953, unit ini hanya memproduksi kurang dari 20 juta selebaran.

Laporan ini juga berpendapat untuk pelatihan yang lebih banyak dan lebih baik untuk konflik di masa depan, terutama ketika berhadapan dengan masalah sensivitas budaya.

Pada tahun 1961, 7th Psychological Warfare Grup Angkatan Darat AS menerbitkan panduan tentang cara menjatuhkan selebaran dari udara. Buku panduan ini berisi saran tentang rute untuk terbang dan grafik rinci seberapa jauh pemberitahuan mungkin melayang dibawa angin pada ketinggian tertentu.

Sayangnya, Angkatan Darat menderita banyak masalah yang sama selama Perang Vietnam. Sering terhambat oleh kurangnya pemahaman budaya dan konteks sejarah, dan masih dipandang hal sekunder dalam pertempuran. Prajurit berpikir perang ya membunuh, tidak surat-suratan.

Namun, selebaran tetap menjadi alat dalam Angkatan Darat dan Angkatan Udara. Pada 15 November 2015, pesawat tempur mengirimkan selebaran berbahasa Arab di dekat Abu Kamal di Suriah sebagai bagian dari serangan terhadap sumur minyak yang dikuasai ISIS. Dalam selebaran itu ditulis pengemudi truk minyak sipil untuk meninggalkan kendaraan mereka atau mati.

Sumber : Jejak Tapak
Share this article :

Historia


Teknologi


Latihan


Arsip



banner ads banner ads

Translate


English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified


Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts


Pendidikan Pasukan Katak TNI-AL. "KOPASKA - Disegani, Dikagumi, Dihormati - Pasukan Elit Indonesia"[By CNN Indonesia]

Flag Counter
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Arsip Ardava - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger