Dalam laporan yang diturunkan News.com.au berjudul Australian taxpayers are paying millions for Indonesian military officers to study Down Under disebutkan lebih dari 100 perwira Tentara Nasional Indonesia (TNI) Indonesia mengikuti kursus studi di Australia tahun lalu dengan biaya dari pembayar pajak Australia lebih dari 2,5 juta dollar AS. Saat ini ada 23 yang belajar di berbagai kampus dengan sembilan di Sekolah Tinggi Pertahanan Australia di Canberra dan jumlah tahun ini akan mirip dengan 2013-2014.
Dalam laporan yang dirilis 6 Maret 2015 lalu, Media itu kemudian menulis banyak orang Australia terkejut dengan tontonan Indonesia minggu ini menggunakan jet tempur, bersenjata balaclava mengenakan pasukan dan kendaraan lapis baja selama transfer terpidana mati Andrew Chan dan Myuran Sukumaran ke pulau Nusa Kambangan.
“Beberapa telah menyerukan program kerjasama pertahanan Australia dengan Jakarta yang dibiayai Australia untuk diletakkan di atas meja alias dihentikan. Setelah negara miskin membuang puluhan ribu dolar untuk suatu tampilan macho hanya untuk mengangkut dua tahanan diborgol,” tulis media tersebut.Dua pesawat tempur Sukhoi buatan Rusia memang disiapkan mengawal para terpidana. Pesawat ini membutuhkan biaya sekitar 50.000 dollar AS per jam untuk beroperasi.
Senator independen Tasmania dan mantan Tentara Sersan Jacqui Lambie mengatakan Australia harus meninjau semua bantuannya kepada Indonesia jika mereka melanjutkan dengan eksekusi. “Kami memberi mereka 500 juta per tahun dan militer mereka 10 kali ukuran kita,” katanya.
“Kalau terjadi kemungkinan terburuk maka kita harus menghentikan semua kerja sama militer dan bantuan asing dan mengarahkan uang untuk membayar pertahanan dan membantu veteran.”
Di masa lalu, masih menurut laporan itu, tentara juga telah melatih unit pasukan Kopassus Indonesia. Dan tahun lalu kedua negara berpartisipasi dalam latihan militer multilateral 11 termasuk Latihan Pitch Black ketika jet tempur Indonesia ikut dan berbasis di Darwin.
Bahkan News.com.au menulis “Perwira militer Australia Senior menikmati hubungan dekat dengan rekan-rekan mereka dari Indonesia dan beberapa sering untuk menyanyi karaoke dengan host mereka selama kunjungan ke Jakarta.”
Menteri Pertahanan Kevin Andrews mengisyaratkan kemungkinan konsekuensi untuk Jakarta jika eksekusi mati tetap dilakukan. “Seperti konsekuensi, baik kita harus mempertimbangkan mereka jika eksekusi terjadi,” kata Andrews.
Tetapi dia menambahkan “Kami memiliki hubungan strategis yang penting dengan Indonesia dan kita akan tetap menjadi negara yang secara geografis dekat. Jadi kita harus berhati-hati itu.”
Strategic analyst Australian Strategic Policy Institute (ASPI) Andrew Davies mengatakan unjuk kekuatan ala Indonesia memang tidak pantas “Itu sebuah sinyal kaku yang tidak membangun,” kata Davies.
Dia juga mengatakan jika eksekusi dilanjutkan maka Australia harus mengirim sinyal kuat ke Jakarta. “Semua kegiatan kerja sama pertahanan harus dihentikan dalam jangka pendek,” katanya.Seorang mantan perwira senior Angkatan Darat yang meminta untuk tidak disbutkan namanya mengatakan pemerintah Australia harus berhati-hati dalam bersikap. “Jika orang-orang ini menghadapi hukuman mati di Amerika Serikat kita tidak akan melakukan hal seperti ini,” katanya.
Media itu juga mengungkap Indonesia adalah salah satu penerima manfaat utama Program Kerjasama Pertahanan tahunan. Indonesia mendapatkan 4 juta dollar per tahun dari total 16 juta yang dikeluarkan untuk seluruh negara di Asia Tenggara.
“Tujuannya adalah untuk memaksimalkan keamanan Australia melalui pengembangan hubungan dekat dan baik dengan mitra dan mendukung kapasitas mereka untuk melindungi kedaulatan mereka, bekerja secara efektif dengan ADF dan berkontribusi terhadap keamanan regional,” kata laporan tahunan pertahanan.
Sumber : Jejak Tapak, News