PT Dirgantara Indonesia (DI) mulai mengekspor pesawat ke empat negara yakni Filipina, Thailand, Korea dan Malaysia. Pesawat itu ialah CN 212 dan CN 235.
Direktur Komersial dan Restrukturisasi PT DI Budiman Saleh mengatakan, selama ini pasar PT DI masih berada di dalam negeri baik untuk penjualan pesawat maupun komponen. Penjualan ke pasar domestik, sukses membuat PT DI mencetak laba perusahaan sebesar Rp 10,272 miliar pada 2013.
Tahun ini laba perseroan ditargetkan meningkat 548 persen menjadi Rp 66,546 miliar. Tahun lalu, nilai kontrak PT DI mencapai Rp 10,28 triliun yang terdiri sisa kontrak pada 2012 sebesar Rp 6,149 triliun.
"Tahun 2014 harus masuk komersialisasi. Kerja sama dengan Eurocopter. Karena di Asia Pasifik yang dominan helikopter di Indonesia mengalahkan Australia," ujarnya saat ditemui di kantornya, Bandung, Jumat (14/2).
Menurutnya, tahun depan, baru produk pesawat yang akan diekspor perseroan. "Namun, torpedo dan roket tetap dalam negeri," ucapnya.
Budiman mengakui, PT DI dulu sempat masuk ke jurang kebangkrutan. Bank menyatakan pabrik yang didirikan Presiden Ketiga B.J Habibie ini pailit pada 2010. Utang produsen CN 250 Gatotkaca ini ke pemerintah mencapai Rp 3,8 triliun.
Sebagai informasi, PT DI telah menjadi penyedia komponen untuk Boeing, Airbus, Eurocopter, dan bahkan untuk EADS (Perancis). Untuk mitra-mitra tersebut, BUMN berpusat di Kota Kembang ini sukses ditunjuk sebagai pemasok tunggal.(Sumber : Merdeka)