Jet Tempur masa depan F-35 Lightning II, Merupakan program Joint Strike Fighters (JSF) bersama negara-negara sekutu terdekat AS lainnya, seperti Kanada, Inggris, Italia, Norwegia, Denmark, Belanda, dan Turki
Camberra - Australia akhirnya tak mau menunggu lebih lama lagi untuk mendapat kepastian soal program Joint Strike Fighters (JSF) yang mengembangkan pesawat tempur masa depan, F-35 Lightning II. Jika sampai tahun depan nasib program, yang molor hingga bertahun-tahun, itu belum jelas, maka Australia akan memilih membeli pesawat lain.
Demikian diungkapkan Menteri Pertahanan Australia Stephen Smith dalam sesi sidang dengan parlemen di Canberra, Rabu (17/8/2011). Menurut Smith, Pemerintah Australia tak akan membiarkan jadwal pengiriman F-35 yang terus tertunda-tunda mengganggu kemampuan Angkatan Udara Australia (AU Australia).
"Saya tidak mengusulkan untuk menunggu sampai menit-menit terakhir. Saya mengusulkan untuk merekomendasikan kepada pemerintah agar kita mengambil keputusan pada tahun depan," ucap Smith di hadapan para wakil rakyat Australia.
Meski sampai saat ini pemerintah belum menetapkan pesawat pengganti F-35 itu, Smith mengatakan bahwa alternatif paling dekat adalah menambah armada pesawat tempur/pengebom F/A-18E/F Super Hornet.
Saat ini Australia telah mengoperasikan 20 pesawat Super Hornet, dari total 24 pesawat yang dipesan dari Boeing pada 2007. Empat pesawat terakhir pesanan Australia dijadwalkan dikirim pada akhir tahun ini.
Super Hornet adalah pengembangan dari pendahulunya, F/A-18 Hornet. Menurut The Military Balance 2010, AU Australia saat ini mengoperasikan 55 pesawat F/A-18A (berkursi tunggal) dan 16 F/A-18B (berkursi tandem). Namun, pesawat-pesawat yang sudah mulai menua ini akan dipensiunkan pada 2020.
Untuk mengganti armada pesawat tempurnya itu, Australia bergabung dengan program JSF bersama negara-negara sekutu terdekat AS lainnya, seperti Kanada, Inggris, Italia, Norwegia, Denmark, Belanda, dan Turki. Meski sumbangan dana terbesar tetap datang dari AS, negara-negara tersebut turut menyumbang dana pengembangan pesawat, yang dikerjakan oleh Lockheed Martin Corp, bekerja sama dengan Northrop Grumman dan BAE Systems.
Program tersebut berambisi membuat sekitar 2.400 pesawat F-35, pesawat tempur generasi kelima yang berkemampuan stealth (siluman, tak terdeteksi radar). Australia sendiri memesan F-35 sebanyak 14 unit dan berharap dua pesawat pertama akan dikirimkan pada tahun anggaran 2014/2015.
Namun, pengiriman pesawat tersebut terus tertunda-tunda karena berbagai masalah dan dana pengembangan yang terus membengkak. Dari perkiraan dana awal sebesar 233 miliar dollar AS, kini biaya program itu telah melonjak menjadi 385 miliar dollar AS.
Biaya produksi pesawat itu bisa makin besar jika AS, yang sedang melakukan pemotongan besar-besaran terhadap anggaran pengeluaran pemerintah, termasuk anggaran pertahanan, memotong jumlah pesanannya.
Australia berencana memesan F-35 sebanyak 100 unit senilai 16 miliar dollar AS. Namun, dengan penundaan dan ketidakpastian program JSF, Smith mengatakan bahwa tahun depan Pemerintah Australia akan memutuskan apakah mereka jadi memesan tambahan F-35 atau tidak.
Jika sudah dioperasikan, maka F-35 akan menjadi pesawat tempur berteknologi stealth ketiga yang dioperasikan AU AS, setelah F-117 Nighthawk dan F-22 Raptor. Meski sekilas bentuknya mirip, F-35 berukuran lebih kecil dari Raptor, dan memiliki kemampuan tempur di bawah F-22.(Sumber : Kompas)