Kapal selam Scorpene-1000, merupakan keturunan langsung dari Scorpene 2000, yang menggabungkan desain mutakhir tingkat tinggi siluman, manuver dan kecepatan. Ukurannya yang kecil memungkinkan untuk unggul di perairan pantai dan tetap menjadi lawan tangguh di perairan dalam. Scorpene-1000 bisa dibilang merupakan miniatur dari Scorpone 2000 secara keseluruhan.
Sistem tempur generasi terbaru dalam Scorpene-1000 dapat membawa torpedo berat, rudal anti pesawat dan rudal anti–kapal. Berkat senjata yang dibawanya, membuat kapal selam ini memiliki efek deteren yang tinggi dan mematikan.
Scorpene-1000 dapat digunakan untuk membawa pasukan khusus dan dapat membawa modul di kedua sisinya untuk perenang mengirim kendaraan atau peralatan lainnya. Kemampuan dan desain yang melekat dengan adanya penambahan bobot sekitar 10 ton memungkinkan DCNS untuk menawarkan pilihan A3SM Anti-Air Missile Sistem dan Survellance UUVs terpasang di kapal selam Scorpone-1000.
Misi kapal selam S-1000 meliputi peperangan anti-kapal selam, peperangan anti-permukaan, pengumpulan intelijen, operasi khusus, ofensif mooring tambang, pelacakan rahasia dari kegiatan ilegal, operasi kapal tunggal dan operasi kerja sama dengan kapal lain atau aset maritim. Scorpene-1000 dapat diintegrasikan untuk berkomunikasi dengan mudah dengan kapal lainnya dan pusat komando.
Struktur double- hull memberikan bertahan hidup yang baik dan mampu menjaga karakteristik laut. Sebuah kemudi konfigurasi – X beroperasi secara indepedent untuk tingkat manuver yang tinggi termasuk dalam radius putar yang kecil. Lambungnya yang kecil membantu kapal selam ini memilki karakteristik siluman. Kapal selam Scorpene 1000 memiliki kedalaman menyelam hingga 200m dan daya tahan di dalam air selama 5 hari (tanpa AIP) dan 30 hari (dengan Fuel Cell AIP) sehingga memiliki akustik dan visual yang sangat rendah.
Scorpene-1000 dilengkapi dengan sistem tempur DCNS SUBTICS kapal selam taktis yang terintegrasi. (Sistem SUBTICS ini salah satu yang ditawarkan pihak DCNS untuk mengoverhaull KS Cakra Indonesia).
Combat Management System CMS yang ditawarkan sudah terintegrasi dengan sonar dan sensor lainya (Optik, Optronic, Electronic Support Measures dan Radar), mencari lokasi dan mengidentifikasi kapal, pelacakan sasaran, analisis taktis, pengambilan keputusan, Manajemen aksi, pertukaran data taktis via data link, kontrol sistem senjata dan keterlibatan target.
Scorpene-1000 dapat mengakomodasi generasi baru torpedo kelas berat seperti: Black Shark/F21 , rudal anti – kapal seperti Exocet SM–39, rudal anti pesawat A3SM dan Mine-Laying system.
Kapal selam Scorpene-1000, bisa membawa dua penumpang ditambah tim dari enam penyelam, dapat digunakan untuk misi pasukan khusus yang memberikan kemampuan serang sebanding dengan kapal selam yang lebih besar. Kapal selam ini dilengkapi dengan kunci luar / kunci dalam ruang untuk perenang bertempur.
Dari spesikasi kapal selam Scorpon 1000 di atas, bisa dibilang sudah cukup lengkap untuk sebuah kapal selam dengan bobotnya yang kecil. Bahkan sangat mengagumkan jika dilihat dari kemampuan senjata yang dibawa. Memang ada beberapa jenis kapal lain yang sejenis yang bisa dibandingkan seperti: U-210Mod dan Amur 950 (S-1000).
Dari kedua rivalnya yang ada, kapal selam mempunyai kekurangan dan kelebihan masing-masing. kekurangan yang mencolok Scorpene-1000 jika dibandingkan U-210 Mod dan S-1000 (Rusia-Italia) adalah dari segi endurance. Kemampuan menyelamnya yang hanya 200 meter dan daya tahan menyelam di air yang hanya 5 hari.
Untuk daya tahan sendiri masih tertolong rendah dengan adanya penambahan Fuel Cell AIP. Tapi sebagai kapal selam yang disiapkan untuk dipesisir pantai, kemampuan Scorpone-1000 sudah cukup baik dan hanya selisih 50 meter untuk kemampuan menyelam dengan U-210 Mod. Kelebihan lain dari U-210 Mod adalah speed dalam berenang. U-210Mod sendiri mempunyai kelemahan, yaitu tidak adanya VLS Missile dan anti-ship missile. U-210 Mod sendiri merupakan hasil gado-gado teknologi yang ada di kapal selam jerman (automation level acoustic concept U-209, Propulsion System (Permasyn Motor) U-212A dan Automation Concept Hydroplane Hydrodynamic sall design U-214) yang saat ini teknologinya sudah ada di changbogo class.
Kalo melihat dari kebutuhan TNI AL sebagai User, yang paling mendekati Scorpene-1000 dan Amur 950 / S-1000 (Rusia-Italia). Dimana “kapal selam Indonesia bisa menembakan rudal sejauh 300KM”. Seperti yang kita tahu, Rusia sangat pelit dalam memberikan TOT kepada negara lain. Kalaupun mau memberikan, harga yang harus dibayar sangatlah mahal.
Kita bisa lihat kasus India dalam mengadakan tender kapal selam dan pesawat tempur yang mengharuskan adanya Transfer of Technology (TOT), terlalu mahalnya harga yang dibayarkan dan kurang komitmennya Rusia berbagi teknologi (Program Pakfa) sampai India harus berpaling ke Prancis (tender Rafale dan Scorpene).
Mungkin penawaran Scorpone-1000 ada kaitannya yang seperti bung B. Stephanus bilang, Indonesia sedang negosiasi 4 buah kapal selam selain Kilo (Amur 950 / S-1000). Yang jika gagal hasil negosiasinya akan berpaling ke Scorpene-1000.
Ada yang menarik kenapa pemerintah Indonesia tertarik dengan Scorpene 1000 adalah penawaran ToT DCNS terhadap pemerintah Indonesia. Dimana DCNS 2 bulan sebelum menawarkan ke Indonesia, memberikan penawaran Paket ToT untuk peremajaan kapal selam Polandia di acara International Defence Industry Exhibition di Polandia pada tanggal 1-4 September 2015. DCNS menawarkan proposal untuk angkatan laut Polandia berupa, Highly performing acoustic discreation, meningkatkan kemampuan menyelam dengan teknologi generasi terbaru Air Iindpendent Propulsion ( AIP ) dan Scorpone memiliki kemampuan menggunakan MBDA Naval Cruise Missile (NCM).
Xavier Mesnet, (Surface Ship and Submarines Marketing Director at DCNS) menjelaskan bahwa akan ada Transfer of Technolgy (TOT) untuk pembangunan kapal selam di Polandia. “Kami ingin memberikan Polandia otonomi penuh dan kedaulatan penuh pada kapal selam ini (Scorpene) yang dicover oleh dua aspek : Yang pertama adalah Naval Cruise Missile yang akan memberikan kemampuan pencegahan, dan aspek kedua adalah propulsi otonom dengan AIP sel bahan bakar yang dirancang oleh DCNS”.
Angkatan Laut Polandia rencananya akan menonaktifkan empat kapal selam Kobben Class (Type 207) pada akhir 2016 dan ORP Orzel (kelas Kilo) tahun 2022, DCNS memiliki solusi untuk mempertahankan keterampilan pelaut Angkatan Laut Polandia sampai kapal selam pesanannya beroperasional.
Kalau dilihat dari penawaran yang diberikan ke Polandia, kemungkinan bisa juga ditawarkan kepada Indonesia. Jika tidak adanya ToT, tidak mungkin pemerintah Indonesia tertarik dengan kapal selam ini. Jika memang dibalik penawaran 6 unit Scorpene-1000 ini yang membuat pemerintah Indonesia tertarik, ini merupakan batu lompatan yang besar dengan adanya kerjasama dengan DCNS.
Kalaupun tidak diberikan ijin menggunakan MBDA Naval Cruise Missile (SCALP air-launched cruise missile), setidaknya bisa memberikan ToT untuk sistem VLS rudal lain dan Fuel Cell AIP seperti yang didapat India untuk dipasang di kapal selam Indonesia dan mengintegrasikan antara sistem barat dan timur (Rusia) yang ada di Angkatan Laut Indonesia. Ada kemungkinan juga Korea Selatan tidak mampu / memberikan ToT untuk Fuel Cell AIP yang ada di Chang Bogo. Karena AIP merupakan teknologi terbaru dan baru beberapa negara saja yang mampu membuat Sistem AIP. Di Asia sendiri baru Jepang (hasil kerjasama Swedia), India (hasil ToT DCNS) dan China (sedang mengembangkan sendiri).
Untuk menerima penawaran ini, pemerintah Indonesia harus berani mengocek uang lebih dari hasil ToT ini. Kalau melihat dari pengalaman india, mereka sampai harus mengeluarkan USD 8,1 Milyar untuk pengadaan 6 unit Scorpene 2000 beserta ToT nya. Yang pasti jika penawaran ini diterima, akan mempengaruhi pengadaan kapal selam kilo. Karena biaya yang cukup besar untuk menerima penawaran DCNS ini.
Dengan adanya penawaran baru dari DCNS mudah-mudahan tidak mempengaruhi proses Transfer of Technology yang sedang berjalan dengan Korea Selatan. Dengan adanya penawaran baru dengan DCNS nantinya berharap mampu meningkatkan kapal selam Indonesia yang sedang dibangun sekarang dan sesuai dengan doktrin, kondisi geografis dan geopolitik Indonesia bahkan mampu bersaing dengan negara yang sudah lebih maju dalam industri militer minimal dikawasan.(AL)
Sumber : JKGR