Korea Utara menembakkan lima rudal jarak pendek ke laut di lepas pantai timur, Senin 21 Maret 2016. Ini adalah tindakan ketiga setelah ketegangan meningkat pasca ujicoba nuklir dan peluncuran roket oleh Pyongyang yang disusul dengan latihan militer besar-besaran antara Korea Selatan dan Amerika.
Proyektil tidak terkenali itu ditembakkan dari selatan kota Hamhung dan meluncur sekitar 200 kilometer, mendarat di perairan timur Korut, kata Kepala Staf Gabungan Korsel dalam pernyataan.
Pada Jumat, Korut menembakkan dua peluru kendali balistik jarak menengah ke laut, melanggar hukuman keras baru PBB dan AS atas negara tersebut menyusul uji nuklir dan roket negara itu sebelumnya.
“Korut harus menahan diri dari semua aksi provokatif, termasuk peluncuran peluru kendali, yang jelas pelanggaran resolusi PBB,” kata utusan khusus AS untuk Korut, Sung Kim, di Seoul saat ditanya mengenai peluncuran pada Senin tersebut.
Dalam beberapa pekan belakangan, Korut meningkatkan retorika menantang, mengancam akan melakukan serangan nuklir pencegahan terhadap Washington dan Seoul serta menembakkan rudal-rudal jarak pendek dan artileri ke laut.
Korut memprotes latihan gabungan militer tahunan AS dan Korsel yang masih berlangsung.
Pemimpin Korut Kim Jong Un pekan lalu mengatakan bahwa negara tersebut akan segera menguji hulu ledak nuklir dan rudal balistik yang mampu membawa hulu ledak nuklir. Aksi tersebut akan menjadi pelanggaran langsung resolusi PBB yang didukung sekutu utama Pyongyang, Tiongkok.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Tiongkok Hua Chunying mengatakan Tiongkok “sangat prihatin” dengan keadaan di semenanjung Korea.
“Kami berharap Korut tidak melakukan apapun yang bertentangan dengan resolusi Dewan Keamanan PBB. Kami juga berharap semua pihak bisa tetap tenang dan menahan diri, serta menghindari aksi apapun untuk mempertajam konfrontasi atau ketegangan,” katanya.
Sumber : Jejak Tapak