Media China menyebut F-22 Raptor, yang merupakan salah satu pesawat tercanggih Amerika Serikat (AS) dengan teknologi anti-radar hingga dijuluki pesawat siluman, kini menjadi tak lebih dari barang usang untuk radar baru China.
Dilansir laman defensenews, Sabtu, 4 Oktober, sistem radar baru dengan kode DWL002 terdiri dari satu stasiun utama dan dua stasiun pembantu, yang dapat diekspansi hingga empat stasiun bergerak, menggunakan truk-truk pengangkut.
Radar yang dipamerkan dalam Eksebisi Elektronika Pertahanan Internasional China ke-9 di Beijing, pada Mei lalu, dapat mendeteksi pesawat jet musuh hingga sejauh 400 Km dan 600 Km untuk pesawat militer standar.
Artinya radar itu dapat menjangkau seluruh wilayah Taiwan dan pulau Senkaku di Laut China Timur yang masih menjadi sengketa. "Jangkauannya terbatas hingga 500 Km, kecuali (radar) itu ditempatkan pada gunung dengan ketinggian 10.000 kaki," kata analis radar Inggris, John Wise.
Walau dengan jarak yang terbatas, DWL002 dapat mendeteksi gelombang elektromagnetik. peneliti AS Richard Fisher, mengatakan sistem deteksi pasif yang dimiliki DWL002 menjadi ancaman untuk pesawat anti-radar.
"Radar pasif seperti ini, secara sederhana mendengarkan emisi elektronik. Berguna untuk berhadapan dengan gaya operasi AS yang menggunakan teknologi tinggi. Menjamin ada banyak sinyal untuk diklasifikasi dan menentukan sasaran," kata Fisher.
Spesialis militer China dari Pusat Analisa Strategi dan Teknologi Rusia, Vasiliy Kashin, menyebut DWL002 terinspirasi dari dua sistem radar pasif yang ada sebelumnya. Pada 2004, AS memblokade pembelian radar pasif VERA-E dari China.
"Saat China tidak dapat membeli VERA-E, mereka membeli radar pasif Kolchuga dari Ukraina," kata Kashin. China disebut telah lama mengamati teknologi pesawat siluman AS dan berusaha menguasai teknologi untuk menandinginya.
Saat kampanye serangan udara AS di Yugoslavia, Mei 1999, sebuah pesawat B-2 AS menjatuhkan lima bom ke Kedutaan China di Belgrade. Saat sebuah pesawat F-117 milik AS ditembak jatuh, sebuah laporan menyebut China berhasil mendapatkan bangkainya untuk diteliti.
Pada 2011, citra satelit dari Google Earth mengungkap sebuah pesawat yang serupa dengan F-117 di Pusat Pengembangan Teknologi Opto Elektro Luoyang (LOEC) di Provinsi Henan. Seorang mantan atase militer AS menyebut hal itu tidak mengejutkan. LOEC juga diketahui memiliki maket B-2, F-35 dan F-22.
Kegiatan mata-mata telah memainkan peran penting dalam usaha China mempelajari teknologi pesawat AS. Seorang warga China, Su Bin, ditahan oleh otoritas Kanada karena tuduhan pemerintah AS bahwa dia membocorkan data rahasia F-22 dan F-35 pada China.
Sumber : Viva