Dia khawatir jika keadaan tersebut berlanjut akan menghambat misi pembangunan jangka pendek dan jangka panjang Pemerintah Kabupaten Lanny Jaya.
“Aparat TNI-Polri tak usah takut HAM. Ini masalah kemanusiaan. Mana yang lebih penting, masa depan atau semua orang Papua mati karena miskin, bodoh, dan karena penyakit? Apakah dengan menembak aparat akan langsung merdeka?” kata Befa yang ditemui di Jayapura, Jumat (1/8/2014).
Saat ini, pemerintah dan warga Lanny Jaya sedang giat-giatnya membangun, tetapi terganggu oleh aksi dari kelompok kriminal bersenjata. Menurut Befa, warga marah karena aksi kelompok bersenjata itu biadab dan tidak mencerminkan adat orang Lanny Jaya, terlebih karena dilakukan oleh orang-orang yang berasal dari luar Lanny Jaya.
“Orang-orang itu berasal dari Puncak Jaya yang difasilitasi oleh seorang warga Distrik Pirime, Enden Wanimbo. Tindakan mereka tidak mencerminkan adat warga Lanny Jaya. Orang yang sudah mati, tak boleh diserang lagi,” ungkapnya.
Menurut Befa, Enden Wanimbo berstatus pegawai negeri sipil sebagai guru di salah satu sekolah di Pirime. Namun, dia mengaku pemerintah kabupaten tak bisa berbuat banyak karena khawatir jika ditindak maka kelompoknya akan membuat keonaran.
“Saya menduga banyak warga yang ikut-ikutan dengan kelompok ini karena anggota kelompok ini hidup membaur dengan masyarakat. Mereka berpropaganda ketika merdeka akan ada kehidupan baru,” tutur Befa.
Senada dengan Befa, ditempat berbeda Ketua DPR Papua, Deerd Tabuni juga menyampaikan kecaman terhadap aksi penyerangan oleh kelompok kriminal bersenjata yang menewaskan 2 anggota Polisi, Senin lalu.
Putra asli asal Kuyawage, Kabupaten Lanny Jaya, ini mengaku sejak beberapa tahun terakhir tidak ada lagi pergerakan warga menuntut kemerdekaan di wilayah mereka.
“Di Lanny Jaya, daerah kami yang menjadi pusat gerakan melawan aparat, tapi sejak beberapa tahun terakhir sudah tenang. Saya yakin pelakunya bukan warga Lanny Jaya,” ungkap Deerd.
Deerd mengaku setuju dengan rencana pengejaran aparat kepolisian dibantu TNI terhadap kelompok kriminal bersenjata tersebut. Menurut dia kelompok tersebut sudah meresahkan warga dan mengganggu aktivitas pembangunan di wilayah Lanny Jaya.
“Sebelumnya harus diadakan pertemuan antara aparat keamanan, pemerintah daerah, dengan pejabat distrik dan kampung. Dari situ akan diperoleh informasi keterlibatan warga yang memfasilitasi keberadaan kelompok ini. Mereka juga harus ditangkap,” tegas Deerd.
Sumber : Kompas