Sekolah, yang dioperasikan oleh Badan Pekerjaan Bantuan PBB (UNRWA), melindungi ribuan pengungsi Palestina setelah tiga pekan pemboman Israel. AS telah mengatakan tidak akan menyalahkan Israel sebelum penyelidikan.
"Kami tidak memiliki bukti yang akan bertentangan dengan apa yang dikatakan para pejabat PBB dan para pejabat Israel tentang kejadian ini," kata Sekretaris Pers Gedung Putih, Josh Earnest, Kamis.
"Penilaian awal (PBB) adalah bahwa itu adalah tembakan artileri Israel yang melanda sekolah tersebut," katanya. "Pemerintah Israel telah mengakui bahwa pasukannya menembak di daerah itu (dan) mengatakan adalah mungkin ada tembakan liar Israel."
"Kami terus mendesak para pejabat militer Israel untuk hidup sesuai dengan standar yang tinggi yang mereka telah tetapkan untuk melindungi warga sipil tak berdosa," tambahnya.
Brigade Izuddin Al Qassam, sayap militer Hamas, menyampaikan bahwa pihaknya berhasil membidik kendaraan Emulision Israel yang mengangkut peledak cair dengan peluru kendali anti tank Kornet.
"Serangan menyebabkan sejumlah kendaraan tempur penjajah yang berada di sekitarnya ikut meledak," sebut laporan yang dilansir situs Qassam.ps, Rabu (30/7), seperti dikutip Hidayatullah.com.
Pasukan penjajah menggunakan kendaraan jenis Emulision tersebut untuk meledakkan terowongan para tentara Al Qassam. Dalam peristiwa itu, sejumlah tentara penjajah yang berada di dekat lokasi pun terkena dampak ledakan yang cukup kuat yang berasal dari ledakan peledak cair tersebut.
Pihak Al Qassam menyatakan bahwa serangan yang dilancarkan pada Rabu malam pukul 18.50 di Juhr Ad Dik ini merupakan balasan atas serangan pihak penjajah yang menyebabkan lebih dari 25 warga syahid.
Gerakan Perlawanan Islam (HAMAS) pada Kamis (31/7) menyatakan agresi Israel ke Jalur Gaza adalah taruhan besar buat Pemerintah Israel.
Keputusan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, untuk melanjutkan operasi militernya adalah taruhan yang mendorong militer Israel ke keadaan yang tak diketahui. Demikian kata Juru Bicara Hamas, Fawzi Barhoum, di dalam satu pernyataan.
"Netanyahu mengobarkan perang tersebut untuk mempertahankan kekuasaan yang dikendalikan oleh sekutu regional dan internasional yang mendorong dia ke perang yang membuat dia kalah yang konsekuensinya tidak diketahui," tambah Barhoum.
Sementara pemimpin senior Hamas, Khalil Al-Hayyah, juga mengatakan Netanyahu menghidupkan krisis akibat roket yang ditembakkan ke dalam Israel dari Jalur Gaza.
Di dalam satu pernyataan singkat, Al-Hayyah --anggota biro politik HAMAS-- mengatakan Netanyahu sedang mencari cara untuk keluar dari serangan tersebut. "Ini takkan diperoleh tanpa menerima tuntutan kubu perlawanan di Jalur Gaza," katanya.
Brigade Izzudin Al-Qassam mengatakan telah berhasil menewaskan 131 tentara Zionis Israel. Selain itu, Al-Qassam juga berhasil melukai ratusan tentara Israel lainnya dalam baku tembak langsung dengan tentara Israel sejak serangan darat dilancarkan.
"Jumlah tersebut merupakan hasil hitungan langsung dari pejuang Al-Qassam saat berhasil menewaskan pasukan Zionis Israel dari jarak dekat," ujar Koresponden MINA di Gaza. Ia melanjutkan, jumlah itu pun belum termasuk yang tewas akibat hancurnya tank merkava Zionis dengan ranjau maupun serangan roket pejuang Al-Qassam.
Mi'raj News Agency (MINA) Jumat (1/8) mengabarkan, diantara 131 tentara Israel yang tewas tersebut termasuk dengan perwira-perwira dari satuan yang Israel sebut dengan tentara elit Israel. Israel mengatakan korban luka mencapai 549 orang terhitung beberapa hari yang lalu.
Tel Aviv mengerahkan sekitar 16 ribu pasukan cadangan untuk operasi militer darat di Gaza. Yang mana kini sekitar 86 ribu pasukan tentara Israel telah ditempatkan di Gaza.
Al-Qassam berhasil menorehkan prestasi yang besar, dimana setelah hari pertama Idul Fitri, saat semua muslim didunia merayakan hari kemenangan umat Islam. Disisi lain, al-Qassam berhasil masuk garis pertahanan Zionis Israel di Timur Shujai'yah. Selain itu, al-qassam juga berhasil menyerang kamp pertahanan Israek dan berhasil menewaskan sekitar 10 tentara Israel serta berhasil merampas sebuah senjata jenis Tavor dari satuan elit Zionis Israel.
Hingga Jumat (1/8) lebih dari 1.500 warga Palestina menjadi korban agresi militer Israel dan lebih 7.000 warga lainnya terluka.
Trend.az menambahkan sekitar 20 masjid dan lebih dari lima rumah sakit hancur selama peperangan berlangsung. Badan Turki Anadolu melaporkan militer Israel kehilangan 131 perajuritnya selama pertempuran. Meski pemerintah Israel belum mengkonfirmasinya secara resmi.
Hari ini pula Israel dan Hamas menyepakati berlangsungnya gencatan senjata selama tiga hari (72 jam) yang dimulai pada pukul 08.00 waktu setempat. Gencatan senjata ini diumumkan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon dan Menteri Luar Negeri AS John Kerry.
Israel dan Hamas menyepakati gencatan senjata selama tiga hari yang dimulai, Jumat (1/8) dini hari. Selain gencatan senjata, di hari yang sama solusi jangka panjang dari konflik yang terjadi di Gaza akan segera dibicarakan di Kairo.
Gencatan senjata yang telah disepakati kedua belah pihak ini diumumkan oleh Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) John Kerry dan Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-Moon. Menurut mereka, gencatan senjata merupakan upaya yang paling baik yang dapat dilakukan saat ini, untuk menekan jumlah korban sipil di Jalur Gaza.
"Gencatan senjata adalah hal yang sangat penting untuk dilakukan mengingat kita semua harus memberikan hak-hak hidup para warga sipil tak berdosa di Gaza," ujar pernyataan yang dikeluarkan Kerry, saat berada di New Delhi, India, dilansir Reuters, Jumat (1/8).
Setelah gencatan senjata dimulai pukul 1 dini hari waktu Gaza, ratusan warga mulai aktivitas di sepanjang jalan-jalan kota. Banyak dari mereka berjalan kembali menuju rumah, yang selama ini ditinggalkan akibat kondisi tidak aman. Sementara itu, di waktu yang sama di Israel, sirine penanda datangnya roket tidak berbunyi sama sekali.
Salah seorang warga Gaza mengatakan, ia berharap gencatan senjata antara Israel dan Hamas dapat berlangsung secara permanen. Selama hampir empat minggu Israel meluncurkan serangan intensif di Jalur Gaza, sedikitnya 1.459 warga Palestina tewas dan 7.000 terluka. Sebagian besar korban adalah warga sipil, yang didominasi oleh wanita dan anak-anak.
"Kami akan kembali ke rumah kami di Beit Lahiya. Semoga gencatan senjata ini dapat berlangsung selamanya dan kami tidak lagi harus hidup dalam ketakutan," ujar Asharaf zayed (38), seorang warga Gaza, yang juga menjadi ayah dari empat orang anak.
Sumber : Republika