Dari laporan ini diharapkan para pengambil keputusan tingkat Markas Besar Angkatan Udara dapat memperoleh informasi secara langsung dari satuan bawah, mengenai hal-hal yang perlu mendapatkan keputusan dan solusi atas permasalahan yang dihadapi.
KSAU Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia mengatakan Lanud Eltari, Kipan C Paskhas, dan Satuan Radar (Satrad) 226 Buraen merupakan kepanjangan tangan dari Markas Besar Angkatan Udara di wilayah selatan Indonesia yang memiliki peran penting dalam operasi udara di wilayah NTT, sekaligus sebagai ujung tombak pelaksanaan tugas TNI Angkatan Udara. Oleh karena itu, Lanud Eltari dituntut untuk memiliki kesiapan personel, sarana dan prasarana pangkalan dan peralatan pendukung operasi.
Situasi ini menjadikan Lanud Eltari sangat strategis. Untuk itu, dia mengharapkan para Komandan dapat membina dan melakukan pengawasan melekat kepada anggota mereka. Dengan demikian, para prajurit tampil menjadi profesional, tangguh, dan berdaya tempur tinggi serta mampu menjalankan tugas-tugas guna mendukung operasi serta memberikan santiaji tentang pentingnya soliditas sesama Angkatan Udara, TNI, Polri dan masyarakat sipil untuk mewujudkan motto “bersama rakyat TNI kuat”.
“Laporan Danlanud Eltari yang mempunyai wilayah tanggung jawab lebih luas dari Provinsi NTT, sesuai eskalasi ancaman memungkinkan ke depan akan digelar pesawat untuk melaksanakan operasi,” ujar KSAU dalam siaran pers Kadispenau, Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjanto.
Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia membenarkan masih mengalami kekurangan personel, namun kedepan secara bertahap akan dipenuhi. Meski begitu, KSAU mengingatkan bahwa hal ini bukan alasan untuk tidak dapat optimal dalam pelaksanaan tugas.
Radar Thomson TRS 2215 Satrad 226 mengoperasionalkan Radar Thomson TRS 2215 R buatan pabrik Thomson-CSF Airsys Bagneux, Perancis 1980 dan dioperasionalkan oleh Satrad tahun 1982. Radar ini adalah tipe radar mobile, sehingga selain melaksanakan tugasnya di home base, Radar juga mampu mobile ke daerah-daerah lokasi operasi maupun latihan. Radar ini sebagai Radar Early Warning/(EW (peringatan dini) dan Ground Control Interception /GCI (penuntun buru sergap).Radar Thomson TRS 2215 R merupakan keluarga dari E/F-Band air defence radar yang mampu menampilkan data azimuth, jarak dan ketinggian sasaran yang terdeteksi, serta dapat bekerja dalam segala cuaca baik siang maupun malam. Radar Thomson TRS 2215 dilengkapi dengan Secondary Surveilance Radar, untuk membedakan pesawat kawan dan lawan. Selain itu berfungsi juga sebagaiIdentification Friend and Foe (IFF). Bagian-bagian Radar TRS 2215 meliputi, antena unit, transmitter unit, receiver processing unit, operational cabin, communication unit dan sumber tenaga listrik/ generator set.
Selain Indonesia radar radar TRS-2215 buatan Perancis ini juga dioperasikan oleh Siprus, Brazil, India, dan Tunisia. Radar TRS dengan E/F-band (2 to 4 GHz) fixed or mobile 3-D ini memiliki kemampuan:
- Max Jangkauan Deteksi : 510 km
- Max Ketinggian Deteksi : 30.500 meter
- Data renewal rate : 10 detik
- Elevation coverage: -3 to +30°
- Antena TRS-2215
- Dimensi : 5 m span x 5.5 m high
- Aperture : 1.5° azimuth; 1.3-3.6° elevation
- Gain: 38.5 dB
- Beamwidths (3dB): 1.5° (azimuth); 2-4° (elevation)
- Antena TRS 2230
- Gain: 40 dB
- Beamwidths (3 dB): 1.5° (azimuth); 1.3-3.6° (elevation)
- Polarisation: circular, fixed
- Rotation speed: 6 rpm
Satrad 226 Buraen bertugas menyelenggarakan fungsi pembinaan kesiapan operasional Radar dan komlek dalam rangka pertahanan udara serta melaksanakan tugas khusus/kegiatan lain sesuai kebijaksanaan dari Pangkosekhanudnas dalam mendukung tugas Kohanudnas.
Sebelumnya Satrad ini berada di bawah jajaran Kosekhanudnas IV dengan nama Satrad 241 Buraen. Namun karena secara geografis Satrad ini lebih dekat dengan Kosekhanudnas II Makassar, maka Satrad 241 Buraen dialihkodalkan ke Kosekhanudnas II Makassar dengan Keputusan Kepala Staf Angkatan Udara Nomor : Kep 438/V/2013 tanggal 28 Juni 2013 dan berdasarkan Kepusan Kasau Nomor : Kep/499/VIII/2013 berubah nama menjadi Satrad 226 Buraen. Pengalihkodalan ini dilaksanakan gar kemampuan deteksi dan ground control, kemampuan alat komunikasi radio pada semua jenis frekuensi Satrad akan lebih optimal dalam pelaksanaan operasi hanud.
Upgrade TRS 2215 pada Desember 2010, Perancis menggelontorkan uang sebesar 70 juta (84.5 juta USD) kepada ThalesRaytheonSystems (TRS), untuk kontrak upgrade 10 radar darat yang menjadi bagian dari French Air Force’s SCCOA integrated air command-and-control system.Kontrak ini meliputi upgrade midlife terhadap empat radar high-altitude TRS 22XX dan enam radar medium-altitude TRS 2215, sekaligus membuat radar tersebut memiliki kemampuan 3D dan sesuai dengan aturan Uni Eropa tentang regulasi emisi elektromagnetik. Up grade oleh TRS ini juga meliputi upgrade radar dari dua hingga tiga negara lain yang tidak disebutkan namanya,
“Hal ini sangat penting karena kami memperkenalkan teknologi baru ke dalam radar ini menuju radar baru GM400″, ujar Direktus support and services TRS, Franck Hébert. Pekerjaan upgrade radar itu juga meliputi pembangunan radar baru Ground Master (GM), untuk memperpanjang masa aktif radar hingga tahun 2025.
Diupgradenya radar Perancis termasuk radar TRS 2215, membuat kemampuan deteksi radar French Air Force’s meningkat tajam, terutama untuk kebutuhan France’s air command and control system. (Sumber : Jakart Agreater)