Ardava.com


Home » » Riwayat Dua Pesawat Terbang Antara C-212 Dan B-787

Riwayat Dua Pesawat Terbang Antara C-212 Dan B-787

Written By http://arsipardava.blogspot.com/ on Kamis, 06 Oktober 2011



C-212 TNI AL.
C-212 TNI AL.


Pabrik pesawat IPTN di Bandung pada masa jayanya divisikan satu hari menjadi seperti ”Everett dari Timur”. Everett adalah lokasi pabrik pesawat terbang Amerika Serikat yang terkemuka, Boeing Co. Dikisahkan, bahwa setelah Prof BJ Habibie mengetuk kanan-kiri pabrik pesawat terbang di dunia, yang mau diajak bekerja sama hanya Construcciones Aeronauticas SA, Spanyol. Maka, melalui program lisensi, dirakitlah pesawat Aviocar atau mobil terbang CASA-212 di pabrik IPTN di Bandung mulai paruh kedua 1970-an.

Berikutnya pada tahap kedua dikembangkan rekayasa berdasarkan teknologi yang sudah ada, dan ini mewujud pada CN-235, yang masih dibuat bersama Construcciones Aeronauticas SA (CASA) melalui konsorsium Airtech. Tahap ketiga adalah rekayasa asli dengan teknologi baru, yang mewujud dalam pesawat N-250, yang kini menjadi besi tua. Tahap keempat yang belum terwujud diandaikan akan melibatkan riset dasar.

Dalam kesederhanaannya, C-212 setia melayani penerbangan di jalur perintis, baik di Indonesia timur maupun barat—sebagaimana dilakukan oleh PT Nusantara Buana Air di Sumatera Utara.

Selain untuk angkutan penumpang, PT Dirgantara Indonesia (sebagai kelanjutan IPTN) mengembangkan inovasi untuk pesawat seri 200 ini, menjadikannya sebagai pesawat intai laut (maritime surveillance) dan juga menjadi pesawat penjaga pantai (coast guard) yang dilengkapi dengan perlengkapan seperti radar hidung dan FLIR (forward looking infra-red).

Sebagai pesawat angkut perintis, C-212 harus diakui jasanya. Sudah ribuan orang diangkut oleh pesawat ini sejak mulai dioperasikan sejak lebih dari tiga dekade silam.

Alih-alih melangkah ke industri lebih modern, PT Dirgantara Indonesia makin hari justru makin kurang modal. Produk andalannya, CN-235, meski masih ada pembelinya, terasa makin menua dari segi desain, sementara CASA juga sudah membuat versi modern pesawat ini, yakni C-295.

Adapun C-212-200 yang masih dioperasikan semakin tua umurnya. Satu demi satu tipe ini akan memasuki usia pensiun.

Everett asli

Ketika mimpi Everett dari Timur buyar bak istana pasir, Everett asli di Negara Bagian Washington tampak semakin berjaya. Meski sebagai penjual pesawat badan lebar di dunia posisinya disusul oleh industri Eropa, Airbus, Boeing Co tak berhenti berinovasi.

Sementara produk larisnya—yakni seri 737-800 dan 777-300ER—kini terus mengalir ke maskapai penerbangan utama dunia, Boeing kini tengah berbunga-bunga. Karya terbarunya, yakni Boeing 787 yang dijuluki Dreamliner, setelah terlambat sekitar tiga tahun, mulai diserahkan kepada pembelinya. Yang pertama telah diserahkan kepada launch customer ANA (All Nippon Airways), 28 September silam.

Penerbangan perdana Dreamliner ANA juga menyediakan tiket undian amal. Dua di antaranya telah terjual melalui eBay seharga 32.700 dollar Australia. Penerbangan perdana Dreamliner akan berlangsung 26 Oktober mendatang dari Bandar Udara Narita, Jepang, ke Hongkong yang lamanya 3,5 jam (Australian Business Traveller, 3/10).

Hasil lelang kursi penerbangan perdana akan diserahkan untuk kegiatan pelestarian lingkungan di Jepang, yang sekaligus juga melambangkan karakter ramah lingkungan pesawat jet baru Boeing ini.

Dreamliner merupakan pesawat yang dalam berbagai seginya berbeda dibandingkan dengan pesawat sebelumnya. Memasuki pesawat ini, penumpang serasa tidak memasuki pesawat yang pernah dikenal sebelumnya.

Yang lebih fundamental, 787 mampu membuat penumpang terbang lebih nyaman. Rasa letih yang acap muncul karena berada di tempat tinggi, juga pusing, otot kaku, dan mual, telah ditanggulangi oleh Boeing.

Apabila sebagian besar pesawat penumpang mengeset tekanan kabin setara dengan tekanan udara di ketinggian 7.500-8.000 kaki (2.286 meter-2.438 meter) di atas permukaan laut, pada 787 tekanan udara di kabin dibuat setara dengan tekanan udara ketinggian 6.000 kaki (1.829 meter) sehingga mengurangi efek ketidaknyamanan.

Tampak ada kesenjangan yang luar biasa jauh antara C-212 dan B-787, baik secara teknologi maupun secara desain. C-212 seolah masa lalu, yang masih bersama kita, dan B-787 adalah masa depan yang kita belum yakin bisa memilikinya.

Impian Indonesia tentang pabrik seperti Everett datang sekitar tujuh dekade setelah Boeing. Wajarlah kalau Boeing telah mencapai tingkat kecanggihan setinggi seperti dicerminkan B-787. Yang kita khawatirkan adalah kalau untuk membuat penerus C-212 pun kita tak sanggup lagi. Everett dari Timur bukan saja akan terkubur, tetapi seterusnya kita hanya akan mampu terpesona oleh munculnya Dreamliner-Dreamliner baru dan selamanya akan menjadi pembeli setia pesawat terbang, sebagaimana layaknya pembeli setia mobil asing.(Sumber : Kompas)

Share this article :

Historia


Teknologi


Latihan


Arsip



banner ads banner ads

Translate


English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified


Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts


Pendidikan Pasukan Katak TNI-AL. "KOPASKA - Disegani, Dikagumi, Dihormati - Pasukan Elit Indonesia"[By CNN Indonesia]

Flag Counter
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Arsip Ardava - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger