Korea Selatan mengikut sertakan Indonesia dalam proyek KFX/IFX tentu bukan tanpa alasan. Sejak pertama menawarkan proyek jet tempur kepada Indonesia, Korea Selatan melihat potensi Indonesia yang besar.
Potensi kelebihan Indonesia diantaranya pada kemampuannya mengerjakan struktur aerodinamis pesawat, dan digabungkan dengan keahlian Korea Selatan pada sistem elektroniknya, maka kolaborasi kedua negara untuk mengembangkan pesawat generasi 4.5 bukanlah hal yang mustahil, walau jalan menuju kearah itu akan sangat terjal dan sulit.
Potensi lain yang dimiliki kedua negara adalah pengalaman keduanya membangun pesawat, walau Indonesia baru berpengalaman membangun pesawat sipil sedang Korea Selatan sudah berpengalaman membuat pesawat tempur, namun dengan saling berbagi keahlian dan pengalaman, kedua negara diharapkan akan bisa mengatasi halangan dan kesulitan mengambangkan pesawat tempur ‘nyaris siluman’.
K-FX/I-FX adalah proyek ambisius berupa pengembangan jet tempur generasi 4,5 dengan kemampuan setengah tingkat dibawah pesawat tempur siluman generasi kelima, atau lebih tepat disebut sebagai pesawat tempur semi siluman – menggunakan teknik geometri pesawat siluman, namun tidak menggunakan material canggih seperti jet tempur siluman.
Menurut Direktur Teknologi dan Pengembangan PTDI, Andi Alisjahbana, K-FX/I-FX diklaim lebih unggul dari Rafale buatan Prancis, Typhoon buatan konsorsium Eropa, dan F-16 Fighting Falcon buatan AS, namun diperkirakan K-FX/I-FX seimbang dengan Sukhoi Su-35 buatan Rusia.
Diperkirakan sembilan tahun lagi Indonesia mulai membangun pesawat tempur I-FX, dan untuk menunggu jeda waktu pembuatannya yang diperkirakan bisa 15 tahun lagi (karena pesawat tempur I-FX harus melakukan banyak tes dan uji terbang).
Pembelian pesawat tempur Su-35 yang akan dilakukan oleh Kementerian Pertahanan Indonesia, disamping sebagai efek detterent dan penyeimbang kekuatan, tetapi juga bisa sebagai pengisi kekosongan kekuatan udara sebelum hadirnya pesawat tempur I-FX.
Sumber : Militerhankam