Sesaat sebelum para pemimpin Sekutu menggelar pertemuan di Teheran, intelejen Soviet berhasil menguak rencana Nazi Jerman untuk menyerang pemimpin Uni Soviet, Inggris, dan Amerika Serikat. Sebuah tim yang dipimpin oleh mata-mata Soviet Gevork Vartanian berhasil mengidentifikasi markas para Nazi di Iran. Hasilnya, lebih dari 400 agen mata-mata Jerman ditangkap beberapa hari sebelum pertemuan tersebut digelar.
Untuk alasan keamanan, Presiden Amerika Serikat Franklin D. Roosevelt berlindung di Kedutaan Uni Soviet, meski sebenarnya Kedutaan Inggris terletak tepat di seberang jalan. Kolonel KGB Oleg Gordievsky, yang memihak pada Barat, menggambarkan seolah Komisariat Rakyat untuk Urusan Dalam Negeri Uni Soviet (NKVD) yang ingin memikat Roosevelt untuk datang ke Kedutaan Soviet, agar Soviet bisa menyadap percakapan presiden AS tersebut.
Namun, dokumen rahasia yang dibuka pada tahun 2000 mengindikasikan bahwa Roosevelt mungkin memilih Kedutaan Uni Soviet untuk mencegah Stalin berpikir bahwa Amerika Serikat dan Inggris akan melakukan konspirasi. Sebagai politikus yang berpengalaman, Roosevelt sadar bahwa baik Inggris maupun Soviet sama-sama ingin menyadap dirinya. Namun, Roosevelt tak mau berkomentar banyak mengenai peristiwa tersebut.
"Serangga" Penyadap Empat Duta Besar ASHubungan AS dan Soviet langsung memburuk setelah perang berakhir. Oleh karena itu, segala informasi mengenai pihak musuh menjadi sangat berharga bagi Moskow. Intelijen Rusia dengan sigap menyusun strategi untuk memantau Kedutaan AS di Moskow. Salah satu trik yang digunakan berhasil meraih kesuksesan besar.
Uni Soviet menghadiahkan sebuah replika Segel Agung (Great Seal, lambang negara AS) untuk Kedutaan AS di Moskow. Pajangan tersebut sangat indah sehingga Duta Besar AS tak kuasa menolaknya. Sang duta besar yang menerima ‘hadiah dari para pionir Soviet’ itu kemudian menggantungkan Segel Agung tersebut di dinding kantornya.
Tanpa ia sadari, ‘hadiah’ tersebut telah terpasang sebuah ‘serangga’ elektrik, mikrofon yang diberi nama Chrysostom (atau Golden Mouth). Berkat Chrysostom, selama tujuh tahun pemerintah Soviet bisa mempelajari semua rencana duta besar, bahkan sebelum sampai ke meja presiden AS.
Chrysostom bertahan selama masa bakti empat orang Duta Besar AS. Pihak AS akhirnya menyadari kehadiran ‘serangga’ tersebut pada 1952, saat sinyal radio Chrysostom termodulasi. Awalnya, AS tak tahu bahwa mikrofon tersebut tersembunyi di balik gambar elang pada emblem tersebut.
Chrysostom tak membutuhkan baterai. ‘Serangga’ ini hanya berupa ruang beresonansi dengan dinding depan yang fleksibel seperti diafragma, yang akan mengubah dimensinya saat terkena gelombang suara. Benda tersebut dikendalikan oleh sinyal radio dari gedung yang terletak di seberang kedutaan.
"Serangga-serangga" Lain Penyadap KedutaanKGB melakukan penyadapan terhadap para diplomat Prancis yang berada di Kedutaan Prancis di Moskow sejak 1978. Penyadapan tersebut baru terkuak saat pihak kedutaan tengah memperbaiki teleprinter mereka pada Januari 1983.
Pada 1984, seorang teknisi dari intelejen Soviet memasang alat penyadap ke 30 mesin ketik baru yang dipesan oleh Kedutaan AS di Moskow. KGB juga memasang alat penyadap di gedung Kedutaan AS yang baru saat bangunan tersebut masih dalam tahap konstruksi pada 1979. Beberapa elemen penyadapan terpasang di dalam struktur bangunan, sehingga sangat sulit untuk mendeteksi perangkat tersebut. Namun, AS berhasil menemukan beberapa ‘serangga’ yang terpasang di kedutaannya. Belakangan, saat masa perestroika, mantan ketua KGB Vadim Bakatin membongkar keberadaan beberapa alat penyadap yang terpasang di kedutaan AS.
Soviet tidak membatasi penyadapan di wilayah Rusia saja. Agen Soviet di Beirut juga memasang mikrofon penyadap di Kedutaan Inggris pada Januari 1966. Sebulan kemudian, mereka memasang alat penyadap di markas Badan Intelejen Rahasia (Secret Intelligence Service). Hasilnya, pada tahun itu intelejen Soviet berhasil mengidentifikasi lebih dari 50 agen SIS yang berada di Timur Tengah dan Mesir, serta menguak identitas enam orang mata-mata Inggris yang menyusup ke KGB, GRU, dan Czechoslovak Security Service.
Pada akhir 1969, markas KGB di New York juga berhasil menyadap ruang konferensi Komite Senat AS untuk Hubungan Luar Negeri. Selama empat tahun, KGB dapat mendengarkan semua hal yang didiskusikan di sana.
Sumber : RBTH