Dalam debat terbuka di markas besar PBB di New York, Amerika Serikat pada Selasa (22/7) mengenai situasi di Timur Tengah termasuk Palestina, Indonesia lantang mengutuk Israel.
Duta Besar Desra Percaya, selaku Wakil Tetap RI (Watapri) untuk PBB di New York, mengutuk keras serangan tidak berperikemanusiaan Israel di Jalur Gaza.
“Jika Dewan Keamanan tidak dapat mengambil tindakan nyata, itu bukan saja merupakan kegagalan PBB tetapi juga merupakan kekalahan terhadap perjuangan perdamaian dan kemanusiaan,” tegas Desra Percaya.
Wakil Tetap RI di PBB itu menegaskan, Israel telah berkali-kali melanggar hukum internasional. Karena itu, Indonesia meminta Dewan Keamanan yang memiliki tanggung jawab bagi pemeliharaan perdamaian dan keamanan internasional harus mengambil tindakan sesegera mungkin.
“Hentikan agresi Israel, pastikan mengalirnya bantuan kemanusiaan terhadap para korban serta dorong Palestina dan Israel kembali ke meja perundingan,” seru Dubes Desra.
Desra juga menyampaikan, Indonesia juga sangat menyesalkan di bulan Ramadhan, bulan yang sesungguhnya penuh dengan berkah telah dicederai dengan aksi kekerasan Israel.
Dubes Desra juga mengatakan, serangan militer Israel yang tidak berperikemanusiaan, khususnya yang baru saja terjadi terhadap wilayah Shuja’iya dan Khan Younis, sangat menyakitkan bangsa Indonesia.
Menurutnya, kekerasan antara Palestina dan Israel hanya akan menyulitkan upaya mencapai perdamaian. Apalagi, akar kekerasan itu sesungguhnya adalah pendudukan Israel di Palestina.
Selama pendudukan masih terjadi, lanjut Dubes Desra, kekerasan akan terus berlangsung.
“Atas dasar itulah, Indonesia akan terus mendukung perjuangan rakyat Palestina dalam membentuk negara yang merdeka dan berdaulat, dengan Jerusalem Timur sebagai ibukotanya," tegas Desra.
Komisaris HAM PBB, Navi Pillay, membuka debat darurat PBB di Gaza mengatakan kemungkinan kuat Israel melanggar hukum di Gaza dan itu bisa menjadi kejahatan perang seperti yang dilansir Israel National News, Rabu (23/7).
Pillay mengungkapkan pembunuhan warga sipil Gaza, terutama anak-anak, menimbulkan kekhawatiran pada tindakan pencegahan dan menghormati proporsionalitas Israel. Pillay juga mengutuk penembakan roket dan mortir sembarang Hamas ke Israel yang membahayakan nyawa warga sipil disana.
Perdebatan muncul setelah PLO yang dipimpin Presiden Palestina Mahmoud Abbas didukung oleh permintaan Hamas untuk menghentikan permusuhan dengan Israel.
Sebelumnya dengan dorongan Israel dan AS, Mesir mencoba untuk menengahi ketegangan dikedua belah pihak untuk menahan tembakan dan kemudian menegoisasikan syarat untuk mencapai ketenangan di Gaza.
Namun Hamas dan fraksi bersenjata lainnya menolak tawaran Kairo. Mereka mengatakan ingin jaminan bantuan dari Blokade Israel-Mesir dan konsesi lainnya.(Sumber : JKGR, Republika)