Sistem propulsi canggih dan kemampuan berlayarnya yang baik menjadikan korvet kelas SIGMA cocok untuk dioperasikan di perairan Indonesia. Korvet kelas SIGMA dapat digunakan untuk misi patroli di Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE), misi anti kapal selam (ASW) dan untuk misi SAR (search-and-rescue).
KonsepKorvet kelas SIGMA TNI AL dibangun berdasarkan konsep "ship integrated geometrical modularity approach" atau SIGMA, yang mana kapal akan memberikan fleksibilitas tinggi bagi TNI AL dengan biaya yang minim namun memungkinkan modularitas dalam desainnya.
Korvet kelas SIGMA berdimensi panjang 90,71 m, beam 13,02 m, dan draft 3,60 m. Masing-masing korvet memiliki bobot benaman (displacement) 1.700 ton dan dapat menampung 80 awak.
Konstruksi Lunas (keel) dari korvet pertama kelas SIGMA, KRI Diponegoro-365, diletakkan pada Maret 2005. Kapal ini diluncurkan pada bulan September 2006 dan mulai ditugaskan pada bulan Juli 2007.Lunas Korvet kedua, KRI Sultan Hasanuddin-366, juga diletakkan pada Maret 2005 dan diluncurkan pada bulan September 2006, namun baru ditugaskan pada 24 November 2007.
KRI Sultan Iskandar Muda-367 yang merupakan korvet ketiga dari kelas SIGMA, lunasnya diletakkan pada Mei 2006 dan diluncurkan pada bulan November 2007. KRI Sultan Iskandar Muda-367 baru ditugaskan pada bulan Oktober 2008.
Lunas korvet keempat dan yang terakhir dari kelas SIGMA, KRI Frans Kaisiepo-368 diletakkan pada bulan Mei 2006, diluncurkan pada bulan Juni 2008 dan ditugaskan pada bulan Maret 2009.
Sistem senjata Korvet kelas SIGMA dilengkapi dengan rudal MBDA Mistral Exocet permukaan ke permukaan (SSM) dan rudal Tetral permukaan ke udara (SAM).Meriam Oto Melara 76 mm yang super cepat dengan laju tembakan 120 putaran per menit terpasang di bagian depan. Dua senjata G12 Denel Vector 20 mm juga terpasang pada korvet kelas SIGMA sebagai pertahanan dari ancaman udara.
Dek Korvet kelas SIGMA juga dilengkapi dengan dua peluncur tiga laras B515, yang merupakan senjata versi upgrade dari peluncur torpedo ILAS-3 (sudah pensiun).
Sensor dan radarPerusahaan pertahanan multinasional Perancis, Thales, dianugerahi kontrak senilai €60 juta (sekitar 960 miliar rupiah saat ini) untuk mengirimkan sistem pertahanan bawah dan atas air serta sistem komunikasi untuk dua korvet pertama pada tahun 2004.
Sonar frekuensi menengah Kingklip menjadikan korvet SIGMA mampu mendeteksi kapal selam. Radar LIROD Mk2 pada SIGMA berfungsi sebagai radar kontrol tembak dan optronic director, sementara radar multibeam MW08 3D yang beroperasi di B-band (C-band) memberikan kemampuan untuk surveilance (pengawasan) dan penetapan target.
Sistem manajemen tempur TACTICOS (CMS TACTICOS) dari Thales berfungsi sebagai sistem komando dan kontrol yang terintegrasi dengan sensor.
Akomodasi helikopter Dek helikopter pada bagian belakang korvet SIGMA mampu mengakomodasi helikopter dengan bobot maksium 5 ton. Dilengkapi dengan sistem pengisian bahan bakar dan lashing point, dek helikopter ini bisa dioperasikan kapan saja. Sistem penanggulangan (countermeasures)Selain dua peluncur decoy Terma SKWS (soft kill weapon system), korvet kelas SIGMA dilengkapi dengan sitem penanggulangan elektronik Thales DR3000 ESM dan Racal Scorpion 2L ECM.
Sistem propulsi dan tenagaKorvet kelas SIGMA didukung oleh dua mesin diesel SEMT Pielstick yang menggerakkan dua baling-baling yang dikontrol dari dua poros. Setiap mesin menghasilkan output maksimum 8.910 kw, memberikannya kecepatan 28 knot (51,9 km/jam) dan jangkauan sekitar 5557 km pada kecepatan 18 knot (33,3 km/jam). Korvet kelas SIGMA juga diintegrasikan dengan sistem stabilisasi roll pasif.
Korvet Kelas SIGMA
|
|
Tipe
|
Korvet
|
Pabrik
|
Damen Damen Schelde Naval Shipbuilding, Belanda
|
Operator
|
TNI AL
|
Kru
|
80
|
Bobot benaman
|
1.700 ton
|
Kecepatan
|
28 knot (51,9 km/jam)
|
Jangkauan
|
5556 km dengan kecepatan 18 knot (33,3 km/jam)
|