"... kesiapan infrastruktur mutlak dikedepankan jika satu wilayah ditetapkan menjadi pangkalan Leopard; di antaranya kekuatan struktur jembatan, jalan, depo bahan bakar, depo amunisi, dan sebagainya..."
Jakarta - Markas Besar TNI mempersilakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk memantau proses pengadaan 100 unit tank utama Leopard 2A6 buatan Jerman untuk TNI-AD. Dana pembelian Leopard itu telah disediakan negara.
"Selama ini kan kita diaudit oleh BPK. Kalau nanti aturannya oleh KPK, ya silakan saja jika ada kejanggalan. Tapi selama ini kan tidak ada," ujar Kepala Pusat Penerangan TNI, Laksamana Muda Iskandar Sitompul, di Jakarta, Senin.
Mekanisme pembelian Leopard itu menganut sistem negara ke negara dan tim perunding yang dipimpin pejabat tinggi di lingkungan TNI-AD telah memfinalisasi pembelian itu ke negara produsernya beberapa bulan lalu.
Sitompul menuturkan, pengadaan tank Leopard tersebut sesuai kebutuhan TNI-AD dan kondisi geografis di Indonesia. Walau begitu, ada juga anggapan bahwa keperluan Leopard itu tidak sesuai dengan kondisi geografis dan topografis Indonesia.
Ia menambahkan pengadaan 100 unit tank tersebut memperkuat pertahanan di perbatasan, jadi bukan hanya di Jawa saja.
"Nanti yang mengatur penempatan itu KSAD," kata Iskandar. Menurut pengamat, kesiapan infrastruktur mutlak dikedepankan jika satu wilayah ditetapkan menjadi pangkalan Leopard; di antaranya kekuatan struktur jembatan, jalan, depo bahan bakar, depo amunisi, dan sebagainya.
TNI-AD akan melengkapi sistem pertahanan dengan memborong arsenal dari lima pabrik di Eropa dan Amerika. Peralatan yang akan dibeli dengan dana APBN 2011 sebesar Rp 14 triliun itu dipastikan produk baru.
Alutsista yang akan dibeli tersebut, antara lain, Leopard 2A6 yang berbobot 62 ton yang juga dipakai Angkatan Darat Kerajaan Belanda.
Indonesia akan membeli 100 unit tank yang sudah dipakai di 15 negara itu dengan harga wajar di pasaran per unit 280 juta dollar AS; namun dengan serangkaian negosiasi berkurang jauh menjadi 100 juta dolar Amerika Serikat per unit. TNI-AD juga akan membeli sistem peluncur multi roket untuk kekuatan 2,5 batalion.
Untuk meriam 155 buatan Perancis dan helikopter serang darat AH-64 Apache buatan Boeing, Amerika Serikat, TNI-AD juga mendapatkan harga khusus yang relatif murah. Khusus untuk delapan helikopter, Amerika Serikat memberikan diskon lima juta dollar AS sehingga harganya turun menjadi 25 juta dollar AS.(Sumber : Antara)