Ardava.com


Home » » Presdir PT DI : Butuh Rp 2 triliun Untuk Kembali Membangkitkan Industri Dirgantara Nasional

Presdir PT DI : Butuh Rp 2 triliun Untuk Kembali Membangkitkan Industri Dirgantara Nasional

Written By http://arsipardava.blogspot.com/ on Rabu, 25 Mei 2011



PT. DI
Bengkel Pesawat CN 235 milik PT Dirgantara Indonesia.


Jakarta - Untuk kembali membangkitkan industri dirgantara nasional lewat PT Dirgantara Indonesia (PT DI), setidaknya diperlukan dana Rp 2 triliun. Hal itu dikatakan Budi Santoso, Presiden Direktur PT DI, dalam diskusi bertema "Kebangkitan Industri Dirgantara Indonesia" yang berlangsung hari Rabu (25/5/2011) di Sekertariat IA ITB, Patra Kuningan, Jakarta.

"Ke depan kami perlu dana minimal Rp 2 triliun untuk bangkit lagi. Dengan Rp 2 trilun itu, kami akan merestrukturisasi industri penerbangan. Industri penerbangan itu enggak mungkin seperti PT DI sekarang. Banyak yang mengatakan perlu sales 1 miliar dollar per tahunnya," ungkapnya kepada wartawan seusai diskusi.

Ia mengatakan, dana tersebut hanya untuk kepentingan masa depan PT DI, belum termasuk kepentingan utang sebesar Rp 3,9 triliun yang kini masih dimiliki PT DI. Tentang utang, Budi mengatakan tetap menjadi prioritas untuk diselesaikan karena, jika tidak, akan membebani nantinya sehingga membuat perusahaan sulit berkembang.

Sementara itu, mantan Direktur Utama Merpati Hotasi Nababan mengatakan, untuk membangkitkan industri dirgantara, tak perlu terlalu banyak diskusi. "Taruh saja Rp 10 triliun ke PT DI. Mumpung ini rupiah lagi tinggi. Enggak usah panjang-panjang diskusinya," cetusnya.

Menurut dia, pengembangan N 219 dan CN 235 sangat bagus untuk ditindaklanjuti. Pemerintah, kata Hotasi, mesti berpihak kepada industri dalam negeri.

Lebih lanjut, diungkapkan bahwa bisnis teknologi adalah mendidik pasar. Jika pasar tak memiliki uang, pasar harus diberikan kemudahan, seperti kredit, sehingga tercipta pasar. Hotasi mengatakan, industri penerbangan sudah seharusnya bangkit.

Kasus Merpati

Meski berkomentar banyak tentang upaya membangkitkan industri dirgantara, Hotasi masih belum mau berkomentar tentang kasus jatuhnya pesawat Merpati MA-60. "Nanti, ya, saya belum bisa bicara. Nanti ada waktunyalah, akan saya terangkan semuanya," katanya sembari berjalan menuju mobilnya.

Sementara itu, berkomentar tentang pembelian pesawat Merpati MA-60, Budi mengatakan bahwa salah satu faktornya adalah kemudahan. "Untuk beli ini, kan, pinjam di bank yang dijamin pemerintah. Kalau ada jaminannya, harganya bisa lebih murah," katanya.

Merespons pendapat bahwa CN 235 lebih baik daripada MA-60, Budi juga mengatakan bahwa pesawat tersebut punya kelas yang berbeda. Ia mengatakan, jika membeli CN 235, harganya pun hampir sama dengan MA-60, sekitar 14-15 juta dollar AS per unit.(Sumber : Kompas)

Share this article :

Historia


Teknologi


Latihan


Arsip



banner ads banner ads

Translate


English French German Spain Italian Dutch

Russian Portuguese Japanese Korean Arabic Chinese Simplified


Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts


Pendidikan Pasukan Katak TNI-AL. "KOPASKA - Disegani, Dikagumi, Dihormati - Pasukan Elit Indonesia"[By CNN Indonesia]

Flag Counter
 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Arsip Ardava - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger