Jakarta – Indonesia dan Singapura menjajaki kemungkinan kerja sama pertahanan dalam bidang pendidikan bagi penerbang pesawat tempur kedua negara melalui pembentukan sekolah penerbang tempur (combine fighter weapon school), sebagi upaya meningkatkan kemampuan dan profesionalitas para penerbang tempur kedua negara. Hal tersebut disampaikan Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, seusai menerima kunjungan kehormatan Menteri Pertahanan Singapura Teo Chee Hean yang juga menjabat sebagai Deputi Perdana Menteri Singapura, Kamis (9/12) di kantor Kementerian Pertahanan RI, Jakarta.
Lebih lanjut dijelaskan Menhan, bahwa gagasan ini muncul setelah melihat latihan bersama antara TNI Angkatan Udara dengan Royal Singapore Air Force (RSAF) yaitu Latma Elang Indopura ke 16 di Bandara Ngurah Rai, Denpasar, Bali, Rabu (8/12). Latma yang juga menandai 30 tahun dari latihan bersama angkatan udara kedua negara tersebut, melibatkan berbagai jenis pesawat, F-16 dan Sukhoi dari Indonesia sedangkan Singapura menurunkan pesawat F-16, F-5 dan F-15SG.
Terkait dengan gagasan di atas, Sekretaris Jenderal Kemhan RI, Marsdya TNI Eris Herryanto, menambahkan bahwa kerjasama pendidikan yang dimaksud sudah dimulai sejak tahun 1999, dan telah berjalan dengan baik. Namun demikian pendidikan tersebut perlu dikembangkan, baik sarana maupun prasarananya, salah satunya dengan menyediakan lahan latihan tempur. Hal ini mengingat, dari pendidikan ini akan diperoleh materi baik teknis dan taktis, sehingga para siswa nantinya mampu mensimulasikan sasaran yang akan dilumpuhkan misalnya landasan dalam bentuk pabrik, pesawat atau lainnya, tambah Sekjen.
Selain itu Menhan menyampaikan beberapa proyek bidang pertahanan diantaranya pembangunan project four in one di Sentul, Bogor, terdiri dari Peace Keeping Center, Standby Force, Desaster Relief dan Anti Teror, yang akan dipusatkan pada satu tempat. Pada kesempatan tersebut Menhan mengajak Singapura untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan tersebut.
Proyek lainnya yang disampaikan kepada menhan Singapura adalah proyek kawasan industri terpadu bahan peledak di atas lahan 600 hektar di Subang, Jawa Barat. Salah satunya adalah pendirian pusat pembuatan propelan yang memiliki nilai yang sangat strategis bagi industri pertahanan. Propelan merupakan bahan peledak yang dipergunakan sebagai pembentuk gas pendorong dalam peluru senjata atau motor roket. Propelan termasuk bahan low explotion, yang bukan merupakan bahan peledak penghancur, dan hanya digunakan sebagai bahan isian pendorong pada amunisi.
Indonesia saat ini memiliki industri amunisi yaitu PT Pindad, namun demikian bahan bakunya masih diimpor dari Afrika Selatan dan China. Dengan berdirinya industri propelan terpadu, harapannya Indonesia akan mampu memenuhi kebutuhan bahan baku amunisi sendiri. Dan industri ini nantinya dapat juga memenuhi bagi sektor pertambangan dan industri lainnya. Dengan demikian harapan defence supports economic dapat terwujud, Wakil Menhan, Sjafrie Sjamsoeddin menambahkan.
Menhan Singapura Teo Chee Hean lahir 27 Desember 1954, beliau adalah seorang anggota pemerintahan Partai Aksi Rakyat (PAP). Saat ini menjabat sebagai Deputi Perdana Menteri merangkap Menteri Pertahanan, dan Anggota Parlemen untuk Pasir Ris-Punggol Group Representasi Konstituen (GRC).
Teo Chee Hean sebelumnya pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan Singapura dari tahun 1997 sampai 2003, dan Menteri Lingkungan Hidup pada tahun 1996 sampai 1997. Sebelum memasuki politik, beliau adalah seorang perwira di Angkatan Laut Republik Singapura dan menjabat sebagai Kepala Angkatan Laut pada tahun 1991 sampai 1992.
Beliau mendaftarkan diri di Singapore Armed Forces (SAF) pada tahun 1972 dan dianugerahi Beasiswa Presiden dan Beasiswa SAF pada tahun 1973 untuk belajar Teknik Elektro dan Ilmu Manajemen di Universitas Manchester Institut Sains dan Teknologi di mana ia lulus dengan gelar Bachelor of Science (First Class Honours) pada tahun 1976.
Pada tahun 1977, Beliau melanjutkan studinya di Imperial College di London, mendapatkan gelar Masters of Science (dengan perbedaan) di Ilmu Komputer. Kemudian pada tahun 1986, mengejar studi pascasarjana nya di Kennedy School of Government di Harvard University, dimana lulus dengan Master dalam Administrasi Publik dan diangkat menjadi Fellow Littauer.
Turut mendampingi Menhan RI saat menerima kunjungan Menhan Singapura antara lain Wamenhan Sjafrie Sjamsoeddin, Sekjen Kemhan Marsdya TNI Eris Herryanto S.IP, MA, dan Kapuskomlik Brigjen TNI I. Wayan Midhio.
Sementara itu, Menhan Singapura diantaranya didampingi Dubes Singapura H.E. Ashok Mirpuri, Senior Parlimentary, Ministry of National Development Mohd Maliki bin Osman, Athan Singapura Col. Tham Bian.(Sumber : DMC)