Super Tucano EMB-314 Produk Embraer Brasil.(Foto. en.academic.ru)
Jakarta - Kementerian Pertahanan RI tengah mengupayakan adanya alih teknologi dalam pengadaan pesawat "Super Tucano EMB-314" yang akan menggantikan pesawat OV-10 Bronco TNI Angkatan Udara, kata Sekjen Kementerian Pertahanan Marsekal Madya TNI Eris Herryanto di Jakarta, Rabu.
Kepada ANTARA ia mengemukakan, klausul mengenai alih teknologi itu akan dimasukkan dalam kontrak pengadaan 16 unit "Super Tucano" bagi TNI Angkatan Udara. "Karena itu, masih memerlukan waktu agar kontraknya selesai dan pengadaan `Super Tucano` dapat segera dilaksanakan," ujar Eris.
Ia mengungkapkan, pihak Embraer Brasil sebagai produsen "Super Tucano" hanya mengizinkan PT DI untuk mengerjakan sejumlah pekerjaan non aeronautika. Sedangkan Kemhan RI terutama PT DI menginginkan, Embraer memberikan ijin untuk pembuatan suku cadang pesawat.
"Dengan begitu, jika sewaktu-waktu TNI Angkatan Udara sebagai pengguna, memerlukan suku cadang pesawat akan lebih cepat dan murah. Tidak perlu kita harus menunggu lama. Ini yang masih kita negosiasikan. Setelah disepakati kedua pihak, baru kita masukkan dalam kontrak agar ada dasar hukum yang jelas dan tidak timbul masalah di waktu mendatang," kata Eris.
Ia menambahkan, pihaknya memahami kebutuhan TNI Angkatan Udara untuk segera mengganti pesawat OV-10 yang telah lama dihanggarkan namun Kementerian Pertahanan tidak mau gegabah. "Pemerintah telah menetapkan dalam setiap pembelian alat utama sistem senjata dari mancanegara, harus menyertakan alih teknologi. Ini yang sedang diupayakan pula dalam pengadaan pesawat Super Tucano dan lainnya," ujar Eris menegaskan.
Sebelumnya, Asisten Perencanaan kepala Staf Angkatan Udara Marsekal Muda TNI Ery Biatmoko mengatakan, dalam kurun waktu 2005-2024 TNI Angkatan Udara berencana mengganti sejumlah pesawat tempur dan angkut yang telah memasuki usia pakai 20-30 tahun, seperti OV-10 Bronco yang kini telah di-"grounded", Hawk MK-53, F-5 Tiger dan F-16 Fighting Falcon. Untuk pengganti Hawk MK-53, maka Mabes TNI Angkatan Udara mengajukan tiga jenis pesawat yang sudah dicoba yakni T-50, Yak 130 dari Rusia dan L-159B dari Ceko.
Ia mengemukakan, pengadaan pengganti pesawat OV-10 Bronco sangat mendesak mengingat pesawat tempur taktis buatan North American Rockwell itu sudah dikandangkan sejak medio 2007 lalu. "Kalau terlalu lama, kasihan adik-adik penerbang kita. Jadi, jika lebih cepat akan lebih baik. Kemampuan penerbang kita terjaga dan kesiapan operasional juga bertambah," kata Ery yang ditemui di tempat kerjanya.
Indonesia mulai menggunakan pesawat itu sejak 1976, dan terbukti efektif saat diterjunkan dalam operasi militer di Timor-Timor, Aceh dan Kalimantan Barat.
Kini aktivitas di Skuadron Udara 21 Pangkalan Udara Abdurahman Saleh, Malang, yang merupakan markas pesawat OV-10 Bronco, hanya sekadar memelihara pesawat-pesawat yang ada. Para pilot pesawat OV-1O Bronco kini memelihara kemampuan terbangnya dengan menjadi instruktur atau menjalani konversi ke jenis pesawat lain.(Sumber : Dephan)