Pembangunan industri propelan tersebut merupakan salah satu hubungan bisnis antara Indonesia dengan Perancis, dalam hal ini Roxel dan Eurenco.
"Semoga hubungan dua negara yang diwujudkan dalam kerjasama bidang industri alutsista ini semakin meningkat di masa mendatang," kata Mohamad S Hidayat saat memberikan sambutan pada acara tersebut berdasarkan siaran pers yang diterima ANTARA di Jakarta, Jumat.
Dalam kerja sama ini, Eurenco bertindak sebagai perusahaan yang mengembangkan, memproduksi dan menyediakan aneka ragam bahan energetik untuk pertahanan dan pasar komersial.
Sementara itu, Roxel France sebagai perusahaan yang memiliki keahlian dalam bidang desain, pengembangan, produksi serta pemasaran motor roket dan peralatan terkait hardware dan perangkat ledak.
Sedangkan PT. Dahana (Persero), sebagai perusahaan milik negara yang bergerak di bidang industri bahan peledak, bersama dengan Eurenco serta Roxel berkomitmen untuk saling membantu dan mendukung Pemerintah RI dalam mempersiapkan pabrik propelan dan spherical powders di Indonesia.
Produk yang dihasilkan nantinya akan diserap oleh industri pertahanan dalam negeri, karena produk tersebut merupakan bahan baku pembuatan peluru, roket, peluru kendali (missile), serta propelan untuk amunisi kaliber kecil, menengah dan besar. Diharapkan, berdirinya pabrik propelan ini dapat memenuhi kebutuhan propelan di Indonesia dengan kemampuan produksi nitrogliserin sebanyak 200 ton per tahun, spherical powder (propelan double base untuk MKK) sebanyak 400 ton per tahun, propelan double base roket sebanyak 80 ton per tahun dan propelan komposit sebanyak 200 ton per tahun.
Pada acara yang juga dihadiri Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro, Kedubes Perancis, dan Direksi PT. Dahana (Persero) tersebut, Menperin mengatakan, gagasan untuk mendirikan pabrik propelan di dalam negeri sudah cukup lama.
Oleh karena itu, lanjutnya, penelitian dan pengembangan terus dilakukan, karena untuk memproduksi propelan memerlukan teknologi yang cukup sulit, ditambah sulitnya mendapatkan bahan baku utama, seperti nitrogliserin.
“Apabila ditinjau dari aspek ekonomi dan bisnis, pembuatan pabrik propelan ini membutuhkan investasi yang cukup besar dan tidak pada skala ekonomis sehingga tidak layak secara financial, sehingga tidak memungkinkan apabila pabrik ini didirikan oleh industri," kata Menperin.
Namun, lanjutnya, ada beberapa aspek lainnya yang tidak kalah penting yang dapat memungkinkan didirikan pabrik propelan, salah satunya adalah aspek penguasaan teknologi, yang dinilai penting dalam pengembangan industri nasional.
"Ancaman ini dapat berupa ancaman konvesional dan non-konvensional. Untuk mengantisipasi adanya potensi ancaman tersebut, diperlukan kemandirian kemampuan terutama dalam hal Hankamnas dan penyediaan Alutsista,"
Menteri Perindustrian Mohamad S Hidayat mengatakan pembangunan industri propelan di dalam negeri mampu menegaskan eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai negara kepulauan terbesar, yang harus dapat mempertahankan dari ancaman, baik dari dalam maupun luar negeri."Ancaman ini dapat berupa ancaman konvesional dan non-konvensional. Untuk mengantisipasi adanya potensi ancaman tersebut, diperlukan kemandirian kemampuan terutama dalam hal Hankamnas dan penyediaan Alutsista," kata Menperin Mohamad S Hidayat melalui siaran pers di Jakarta, Jumat.
Menperin mengatakan, dalam menghadapi situasi global yang semakin tidak menentu, stabilitas nasional menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan.
Oleh karena itu, lanjutnya, memantapkan stabilitas nasional dibutuhkan dukungan berbagai pihak, tidak hanya dari TNI semata, tetapi juga dari Industri Pertahanan dalam negeri.
Menurut Menperin, pendirian pabrik propelan di Subang, Jawa Barat, ini dalam jangka pendek bertujuan untuk memproduksi propelan amunisi dan roket serta dapat menghemat devisa karena selama ini kebutuhan propelan Indonesia diimpor dari luar negeri.
Sedangkan dalam jangka panjang, pabrik ini bertujuan untuk diversifikasi produk propelan dan penetrasi pasar regional, sehingga dengan adanya pabrik ini diharapkan dapat tercipta kemandirian propelan dalam negeri dan mengurangi ketergantungan kepada pihak asing.
Selain itu, tambahnya, pendirian pabrik propelan di dalam negeri juga diharapkan mampu mendukung kebutuhan operasi baik kuantitas maupun kualitas, seperti kegiatan komando pendidikan, bekal persediaan di seluruh Kodam, serta bekal pertahanan di tempat-tempat maupun instalasi strategis dan latihan rutin untuk pasukan.
Sumber : Antara