Israel seakan tiada henti menggempur Gaza. Sejak militer Negeri Zionis itu melancarkan serangan, hingga kini tercatat sedikitnya 1.674 orang di Gaza telah meregang nyawa. Sedangkan korban terluka tercatat sekitar 7.500 orang. Dari pihak Israel, tercatat 56 orang tewas, hampir semuanya adalah tentara [baca: Pembantaian Ala Hitler di Tanah Gaza].
Sebagian dari tentara Israel terbunuh saat menggelar operasi pemusnahan terowongan bawah tanah yang dibangun Hamas, kelompok pejuang Palestina yang berkuasa di Jalur Gaza. Dalam beberapa hari terakhir, pasukan Israel menghadapi taktik baru dari Hamas, yakni strategi terowongan.
Pintu masuk terowongan berupa lubang vertikal yang dalam dan biasanya tersembunyi di rumah warga. "Masuk terowongan harus turun ke bawah sekitar 12 meter atau lebih. Setelah itu baru mencapai bagian datar yang dilapisi dengan beton dan kabel listrik. Namun, sebagian besar lubang terowongan selebar sekitar 1 meter dan setinggi 2,5 meter, sehingga hampir tidak cukup bila dimasuki tentara yang membawa persenjataan berat," tulis Guardian dalam laporannya yang dilansir, Sabtu (2/8/2014).
Bila ditelusuri lagi, terowongan menurun lebih dalam, mencapai hingga 30 meter di bawah permukaan. "Sebagian besar terowongan mempunyai panjang 1 hingga 3 kilometer dan memiliki banyak pintu masuk dan cabang. Seluruh terowongan terhubung dengan bagian lain dan dengan bunker yang digunakan sebagai pusat komando dan gudang senjata, terutama sebagai persembunyian para pemimpin politik dan militer Hamas dari pencarian pasukan Israel.
Terowongan berbentuk labirin rahasia dan bunker itu dibangun dengan susah payah oleh Hamas selama beberapa tahun terakhir. Pembangunan terowongan bahkan menelan biaya sangat besar yang konon mencapai jutaan dolar Amerika Serikat.
Pasukan Israel pun berlomba untuk menemukan dan menghancurkan terowongan bawah tanah Hamas sebanyak mungkin. Ini mengingat Hamas dan kelompok militan lainnya menyimpan atau menggunakan senjata strategis mereka di bawah tanah. Termasuk menyerang posisi tentara Israel. Baik di Gaza maupun wilayah Israel.
Pada Jumat 1 Agustus 2014, sejumlah anggota Hamas muncul dari terowongan di dekat Kota Rafah, selatan Gaza. Mereka membunuh 2 tentara dan diduga pula menculik sejumlah tentara Israel.
Pihak Hamas pun mengklaim mereka tak mungkin dihancurkan dalam serangan udara Israel berikutnya. Pada hari Selasa, 5 tentara Israel tewas di sebuah menara pengawas militer Israel oleh militan yang telah menyeberangi perbatasan. Mereka muncul melalui terowongan tersembunyi.
Terowongan labirin Hamas yang canggih tersebut jelas mengejutkan pimpinan militer Israel. Namun, mereka tetap bertekad menghancurkan terowongan-terowongan milik Hamas tersebut.
Lebih dari 2 pekan setelah melancarkan serangan darat di Gaza, Kepala Komando Angkatan Bersenjata Israel (IDF) bagian Selatan Mayor Jenderal Sami Turgeman mengatakan mereka sudah semakin dekat untuk mencapai tujuan operasi militer. "Kami hanya membutuhkan beberapa hari lagi untuk menghancurkan semua terowongan ofensif," ucap Mayor Jenderal Sami Turgeman, Kamis 31 Juli 2014.
Pada hari yang sama, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeluarkan pernyataan serupa. "Tentara IDF sedang menyelesaikan pemusnahan terowongan teroris. Terowongan ini memungkinkan Hamas untuk menculik dan membunuh warga sipil dan tentara IDF melalui serangan simultan dari banyak terowongan yang menembus wilayah kita. Kita sekarang bertekad menghancurkan kemampuan Hamas tersebut," kata Netanyahu.
Eado Hecht, seorang analis pertahanan Israel yang mengkhususkan diri dalam perang bawah tanah, mengungkapkan ada 3 jenis terowongan di bawah Gaza:
- Pertama, terowongan penyelundupan di perbatasan antara Gaza dan Mesir.
- Kedua, terowongan pertahanan dalam Gaza, yang digunakan untuk pusat komando dan penyimpanan senjata.
- Ketiga, terowongan ofensif yang digunakan untuk serangan di wilayah perbatasan Palestina-Israel.
Sejauh ini militer Israel mengungkapkan ada sekitar 32-35 terowongan ofensif, di mana lebih dari setengahnya telah hancur.
Untuk diketahui, terowongan konstruksi dimulai di Gaza lebih dari satu dekade yang lalu. Prajurit Israel Gilad Shalit dikabarkan diculik oleh milisi di dekat perbatasan Israel dan diseret kembali ke wilayah itu pada tahun 2006.
Namun setelah Israel memperketat blokade atas Gaza pada tahun berikutnya, ratusan terowongan untuk menyelundupkan barang dan orang dibangun di perbatasan Gaza-Mesir. Hamas juga menggali terowongan terpisah untuk menyelundupkan pasokan senjata ke Gaza.
Dalam beberapa tahun terakhir, Hamas yang sebelumnya berhasil membangun rute penyelundupan, kemudian membuat jaringan terowongan defensif dan ofensif. Terowongan ofensif telah digali dengan tangan dan seminimal mungkin menggunakan mesin peralatan untuk menghindari kecurigaan dari pihak Israel.
Hecht memperkirakan bahwa setiap terowongan membutuhkan 2-3 tahun untuk menyelesaikan dengan biaya jutaan dolar.
Di lain pihak, bagi Israel, operasi menghancurkan terowongan sangat berisiko. "Ini adalah pekerjaan yang sangat berbahaya," kata Hecht. "Pertama, lokasi pintu masuk terowongan sangat sulit, mereka adalah 'jarum di tumpukan jerami'. Teknologi pendeteksi pun sangat sulit mencari dan memetakan terowongan bawah tanah," imbuh Hecht.
"Setelah Anda menemukan pintu masuk, Anda harus naik ke dalam untuk mengetahui apakah itu adalah terowongan defensif atau ofensif. Kemudian Anda harus memetakan terowongan. Terutama untuk memastikan ada tidaknya cabang terowongan. Selanjutnya Anda harus masuk ke hampir seluruh terowongan dengan bahan peledak. Dan selama ini tentara Israel berisiko diserang, ditembak, bahkan menemui banyak jebakan. Ini adalah permainan `petak umpet` yang mematikan.
Sementara itu, Brigadir Jenderal Shimon Daniel mengatakan pihaknya telah mengetahui adanya ancaman dari strategi terowongan milik Hamas.
"Kami tahu ada ancaman strategis, tapi kami harus menghadapinya. Kami mengambil risiko dan kami menunggu. ini adalah masalah besar. Itu bukan hal yang mudah untuk menangani," tukas Daniel, perwira tinggi pasukan cadangan Israel yang pernah menjabat Kepala Korps Zeni Tempur IDF pada tahun 2003 hingga 2007.
Ketika ditanya mengapa militer tidak mengatasi ancaman terowongan pada bulan November 2012, ketika Israel melancarkan operasi militer bersandi Pilar Pertahanan di Gaza, ia mengaku saat itu banyak pertimbangan.
"Ada banyak alasan yang mempengaruhi cara kita bertindak, alasan politik, alasan internasional. Ini sangat rumit...," tukas Daniel.
Bahkan, lanjut Daniel, ketika Israel menyatakan telah mencapai tujuan strategis ofensif saat ini dan menghancurkan terowongan ofensif Hamas, tidak ada jaminan bahwa setiap anggota militan Hamas tak akan kembali lagi untuk membangun terowongan.
Seorang pejabat senior IDF yang enggan menyebutkan jati dirinya mengungkapkan, operasi darat yang digelar Israel selama 3 hari tujuannya adalah untuk menghancurkan sebanyak mungkin terowongan seperti itu.
Adapun menurut Hecht, operasi militer Israel setidaknya membuat pihak Hamas lebih sulit untuk membangun kembali terowongan.
Untuk itu, Israel mengatakan bahwa 'demiliterisasi' Hamas dan kelompok militan lainnya di Gaza merupakan faktor penting dari setiap gencatan senjata untuk mengakhiri konflik saat ini. Dengan demikian, Hamas bakal sulit memperluas terowongan dan sulit meluncurkan roket ke wilayah Israel.
Namun Daniel memperkirakan Hamas tidak akan mudah tergoyahkan. "Tentu saja Hamas akan mencoba untuk membangun kembali terowongan. Saat kami keluar [dari Gaza] mereka akan mulai menggali."
Sumber : Liputan 6