Amerika Serikat menuding Hamas telah melanggar perjanjian gencatan senjata dengan Israel yang disepakati terjadi selama 72 jam hingga Sabtu (2/8) ini. Hal tersebut merujuk pada penyergapan di wilayah Rafah kemarin yang menewaskan dua orang tentara Israel dan satu komandan perang mereka Letnan Hadar Goldin disekap oleh Hamas.
Washington menuduh Hamas melakukan aksi barbar dengan tidak mengindahkan gencatan senjata yang sudah disepakati. Komitmen Hamas dalam gencatan senjata yang ikut dimediasi oleh Turki, Qatar, dan AS serta PBB ini pun dipertanyakan.
Namun, Hamas balik menuding Israel sebagai pemicu keruntuhan gencatan senjata itu. Pasalnya, militer Israel disebut telah melakukan penyerangan ke terowongan Hamas yang menyebabkan terjadinya pernyergapan oleh Qassam Brigades.
Dikutip dari Reuters, Sayap bersenjata Hamas ini akhirnya harus membunuh dua tentara Israel dan menyekap komandan mereka, Letnan Goldin. Tetapi Hamas sendiri tidak mengetahui seperti apa keadaan Goldin saat ini.
“Kami tidak memiliki informasi pada saat ini tentang tentara (Goldin) yang disebutkan hilang itu, apakah dia masih hidup atau tidak,” demikian pernyataan korps Qassam yang dinukil dari reuters Sabtu.
Di sisi lain, Israel melalui siaran radio mereka menyebut Qassam terakhir terlihat berada di tengah jasad dua tentara yang tewas dalam penyergapan yang dilakukan oleh Hamas. Namun, pihak Israel sendiri tidak yakin apakah Goldin masih hidup atau ikut tewas.
Sebelumnya, Israel merespons keras penyergapan yang dilakukan oleh Hamas di Rafah kemarin. Membabi buta, militer Israel menyerang wilayah yang diduga merupakan tempat persembunyian Hamas. Sebanyak 150 orang Palestina tewas akibat serangan brutal Israel ini.
Jubir Hamas, Sami Abu Zuhri, menegaskan tudingan Sekjen PBB dan Amerika terhadap Hamas sebagai pihak yang melanggar gencatan senjata pada Jumat pagi tak bisa diterima dan sangat tidak logis. Tudingan tersebut cenderung mendukung kepentingan penjajah zionis.
Dalam keterangan persnya pada Jumat (1/8) sore waktu setempat, Abu Zuhri menyatakan bentrokan senjata dengan militer Israel terjadi di wilayah Gaza akibat infiltrasi zionis. "Pihak perlawanan hanya mempertahankan diri," kata Zuhri seperti dikutip Infopalestina.
Abu Zuhri menambahkan PBB dan Amerika berupaya memfokuskan pada cerita serdadu zionis yang hilang saat serangan Israel terhadap warga sipil. Mereka mengabaikan pembantaian 72 warga sipil Palestina dalam serangan Israel ke Rafah, Gaza Selatan.
Gencatan senjata kemanusiaan yang digagas PBB selama 72 jam di Gaza langgung berakhir, pasca serangan intensif yang dilakukan artileri Israel terhadap warga sipil Palestina di Rafah Timur, puluhan korban jatuh, meninggal dan luka-luka.
Sebelum berlangsung kesepakatan gencatan senjata pukul 8 pagi, Brigade Al-Qassam terlibat bentrokan senjata dengan pasukan zionis Israel yang melakukan infiltrasi militer sejauh 2 km di Rafah Timur, yang menewaskan beberapa serdadu zionis dan melukai beberapa lainnya.
Sumber : Republika