Para pejabat keamanan mengatakan sedikitnya 15 tentara Mesir tewas dalam serangan oleh orang-orang bersenjata di sebuah pos pemeriksaan di gurun barat negara tersebut.
Seorang pejabat Kementerian Dalam Negeri dan seorang pejabat militer mengatakan para penyerang melepaskan tembakan di pos pemeriksaan pada hari Sabtu di gubernuran gurun barat Wadi el-Gedid, sekitar 500 km dari Kairo.
Para pejuang telah meningkatkan serangan terhadap pasukan keamanan sejak Presiden Mohamed Morsi digulingkan pada Juli 2013 ketika tentara berjuang untuk memadamkan pemberontakan yang telah menewaskan puluhan tentara dan polisi, terutama di Semenanjung Sinai yang berbatasan dengan Israel dan Jalur Gaza Palestina.
Para pejabat mengatakan para penyerang juga menggunakan granat roket dalam serangan itu. Para pejabat mengatakan, tiga penyerang tewas dalam bentrokan berikutnya. Seorang pejabat medis mengatakan lima tentara, termasuk petugas, terluka.
Para pejabat berbicara dengan syarat anonim karena mereka tidak berwenang untuk berbicara kepada wartawan.
Seperti dilansir Reuters Sabtu (19/7), serangan itu terjadi di Wadi al-Gadid Gubernuran, yang berbatasan dengan Sudan dan Libya. Dua penyelundup tewas dalam bentrokan dengan penjaga.
Presiden Mesir Abdel Fattah Al Sisi telah berulang kali menyatakan kekhawatiran bahwa militan yang telah memanfaatkan kekacauan di Libya dan mendirikan operasi di sepanjang perbatasan menimbulkan ancaman bagi pemerintah Kairo.
Para pejabat keamanan mengatakan militan yang berbasis di kamp-kamp di atas Libya penyelundup perbatasan membayar untuk mengangkut senjata, termasuk senapan mesin, untuk kawan-kawan di Mesir, yang menghadapi pemberontakan Islamis yang berbasis di Semenanjung Sinai dekat Israel.
Penyelundup Tribal mengatakan kepada Reuters mereka mengeluarkan biaya hingga satu juta pound Mesir ($ 140.000) untuk memindahkan senjata dalam kendaraan jip di sepanjang rute padang pasir.
Lima penjaga perbatasan tewas dalam serangan serupa di daerah yang sama beberapa bulan yang lalu.
Para pejabat keamanan mengatakan militan di sepanjang perbatasan pelabuhan Libya berambisi serupa dengan kelompok yang memisahkan diri Al Qaeda yang telah menyita sebagian besar wilayah Irak, mereka ingin menggulingkan Sisi dan menciptakan kekhalifahan di Mesir.
Sisi, yang telah memperingatkan bahwa militan Islam melanda Timur Tengah menimbulkan ancaman bagi semua orang, mengatakan Mesir tidak akan membiarkan gejolak Libya yang mengancam keamanan nasional Mesir.
Menurut dua pejabat keamanan nasional Mesir, Mesir dianggap meluncurkan serangan lintas batas beberapa bulan lalu dalam upaya untuk menghancurkan militan.
"Kelompok pelaku teror mengincar satu pos penjaga perbatasan di dekat Padang Rumput Al-Farafra dan baku-tembak mengakibatkan meledaknya satu gudang amunisi," kata Kolonel Mohamed Samir. Ia menyatakan pasukan militer berhasil menjinakkan dua bom.
Para pejabat mengatakan beberapa pria bersenjata menggunakan granat berpeluncur roket dalam serangan mereka terhadap pos pemeriksa di Provinsi Al-Wadi Al-Jadid (Lembah Baru), sejauh 500 kilometer di sebelah selatan Ibu Kota Mesir, Kairo.
Tiga bulan lalu, serangan bersenjata serupa yang terjadi di daerah yang sama menewaskan lima prajurit dan seorang pejabat.
Kelompok gerilyawan fanatik telah melancarkan serangan di daerah yang mudah bergolak, Semenanjung Sinai, serta beberapa provinsi di seluruh negeri tersebut, termasuk Kairo, sejak penggulingan presiden Muhammad Mursi tahun lalu.
Lebih dari 500 prajurit dan polisi diduga telah tewas saat penindasan keras keamanan terhadap peserta aksi duduk yang mendukung Mursi pada Agustus menewaskan tak kurang dari 1.000 orang dan membuat ribuan orang lagi ditangkap.
Kelompok yang diilhami Alqaidah dan berpusat di Sinai, Ansar Bayt Al-Maqdis, mengaku bertanggung jawab atas kebanyakan serangan terhadap personel keamanan. Militer kini bekerja sama dengan polisi untuk melancarkan operasi besar guna membongkar tempat persembunyian gerilyawan di Semenanjung Sinai.(Sumber : Republika)