Kontributor Republika, Muhammad Husein melaporkan dari Gaza, serangan semakin brutal sejak perang darat di mulai. Kamis (17/7) malam, Perdana Menteri netanyaho mengeluarkan pernyataan resmi dan memerintahkan militernya untuk memulai serangan darat atas jalur Gaza.
Sejak itu juga ratusan warga Gaza yang tinggal di wilayah perbatasan mulai terlihat berjalan kaki meninggalkan tempat tinggal. Mereka meninggalkan harta benda dan selanjutnya menuju lokasi yang dirasa lebih aman. Sebagian mereka mengungsi ke rumah kerabat mereka yang tinggal jauh dari wilayah perbatasan.
Sebagian yang lain yang tidak memiliki kerabat di perkotaan memilih mengungsi di banguna bangunan sekolah milik UNRWA. Sejak dimulai nya serangan darat suara suara dentuman bom dari artileri dan meriam tidak kunjung henti. Kepulan asap terlihat membumbung tinggi setiap menitnya. Tank tank dan artileri serta meriam milik militer israel terus melepaskan pelurunya ke arah permukian warga.
Radio dan televisi lokal jalur Gaza terus menyiarkan secara update korban yang jatuh dari pihak warga Gaza. Dalam satu harinya korban tewas berkisar antara 30 hingga 60 jiwa. Sementara korban luka berat dan rinngan dalam satu harinya berkisar antara 150 hingga 200 orang.
Jalan jalan utama jalur gaza terutama di wilayah utara lengang. Tidak tampak adanya pergerakan kendaraan baik itu roda empat atau pun roda dua. Hanya sesekali kendaraan ambulan yang diikuti suara sirine terlihat lalu lalang menuju lokasi ledakan dan mengangkut korban jiwa dan korban luka.
Dari tempat saya tinggal, saya bisa melihat dan mendengar ledakan terjadi hampir setiap detiknya. Saya tinggal bersama 18 relawan MER-C di bangunan rumah sakit yang berlokasi di wilayah utara jalur Gaza tepatnya di sebuah kota perbatasan bernama Bait Lahiya. Wilayah utara jalur Gaza memiliki tiga kota perbatasan yaitu Jabaliya, Bait Lahiya, dan Bait Hanun. Namanya juga kota perbatasan, intensitas serangan di daerah ini lebih gencar dibanding kota kota lainnya di jalur Gaza.
Hal itu jugalah yang menyebabkan beberapa tetangga rumah sakit indonesia mulai mengungsi ke wilayah yang lebih jauh jaraknya dari garis perbatasan. Seperti salah seorang pemuda yang juga merupakan kawan saya sehari hari yang bernama "Muhammad Abu Nada 21". Ketika saya berbicara dengan dia di sebuah jejaring sosial, saya menanyakan kondisi dia dan keluarganya.
"Kami sudah mengungsi ke rumah saudara saya di kamp pengungsian Jabaliya sejak hari hari awal agresi militer," jawabnya.
Saya tenang mendengar hal tersebut karena dari jendela kamar, saya bisa melihat jelas bahwa berkali kali serangan udara menggempur wilayah sekitar rumah muhammad yang lokasi memang dekat dengan lokasi tempat peluncuran para pejuang palesitina dalam melakukan serangan balasan.
Lain halnya dengan kawanku yang lain, Ahmad Sabbah. Ketika saya tanya bagaiamana kondisi keluarga dan tetangganya? Apakah akan mengungsi jika tetara Israel berhasil menembus pertahaan para pejuang Palestina di perbatasan?. Ahmad menjawab, " Kami dalam keadaan baik baik saja, sampai saat ini tidak ada rencana mengungsi dan bagi kami itu hal mustahil."
Namun deklarasi perang darat tersebut malah di sambut baik oleh para pejuang Palestina. Melalui juru bicara resminya, Abu Ubaidah, Brigade Izzuddin al Qassam menyampaikan bahwa benar jika militer Israel akan melakukan serangan darat. Bagi para pejuang Palestina di Gaza informasi itu akan menjadi mimpi yang menjadi nyata. Karena selama ini para pejuang Palesitina hanya bisa melontarkan roket-roket dari Gaza ke arah wilayah wilayah di Israel.
Abu Ubaidah juga mengatakan, pihaknya sudah menyiapkan 1/4 juta granat ditangan para pemuda jalur Gaza sebagai pengganti bebatuan untuk melempari para tentara zionis. Puluhan ribu pejuang Palestina juga sudah menunggu datangnya giliran mereka untuk turun ke medan perang. Berbagai persiapan sudah dilakukan para pejuang Palestina.
Dan alhasil, dalam sejak 19 juli sampai berita ini diturunkan sedikitnya 30 tentara dan perwira israel telah tews di tangan para pejuang palestina dengan puluhan lainnya luka luka. Pertempuran darat masih berlangsung sengit meskpun masih terbatasi di wilayah perbatasan saja karena para pejuang palestina berhasil memukul mundur tentara israel.
Kontributor Republika, Muhammad Husein melaporkan, sejak empat hari dilancarkannya serangan darat, media lokal Israel pun mengakui bahwa sampai saat ini belum satu pun wilayah jalur Gaza berhasil dimasuki. Malah sebaliknya, pasukan pejuangn Palestina berhasil melakukan dua kali penyusupan ke wilayah Israel dan melenyapkan sedikitnya 11 tentara Israel dan melukai beberapa tentara lainnya. Harian Yediot Ahronot Israel menyebutkan bahwa hari sabtu kemarin sebagai hari kelam militer Israel.
Kontributor Republika, Muhammad Husein melaporkan, rumah sakit indonesia yang kontruksi bangunannya lebih kokoh dibanding bangunan bangunan lainnya masih bergoncang hebat. Gincangan kuat itu terjadi saat rudal F16 meledak tak jauh dari rumah sakit. Bangunan yang lokasinya berhadapan dengan lokasi militer Brigade Assyahid Izzudin al Qassam –sayap militer gerakan Hamas- yang berjarak hanya 20 meter berkali kali tergoncang.
Lokasi militer tersebut bernama "jidar". Sudah belasan roket F16 jatuh di lokasi tersebut. Itu artinya, belasan kali pula bangunan rumah sakit Indonesia bergoncang hebat sampai kaca kaca jendela pecah. Bingkai jendela juga terjatuh dan atap atap yang belum lama di pasang harus kembali runtuh. Alhamdulillah selama itu kondisi relawan yang ada di dalam rumah sakit tersebut dalam kondisi baik dan sehat.
Kalau melihat arah target ledakan F16 yang semakin mendekat, tampaknya tidak lama lagi bangunan rumah sakit menjadi korban selanjutnya. Meskipun sudah terpancang dua bendara pusaka berukuran besar di atap bangunan namun hal itu bukan lah jaminan bagi zionis untuk tidak menyerang bangunan ini.
Terbukti bangunan milik Darul Quran (Daqu) Yusuf mansur yang dikelolal oleh Abdillah Onim menjadi target serangan. Meskipun beberapa bendera merah putih juga terpancang diatap bangunan yang juga rumah Abdillah Onim itu. Saya sempat mengunjungi bangunan Daqu setelah hancur. Kondisinya sangat memprihatinkan.
Memang sedikit wajar untuk bangunan yang baru selesai dibangun ini, karena lokasinya berada di tengah tengah lahan perkebunan yang sering menjadi lokasi peluncuran roket oleh para pejuang palestina. Alhamdulillah, Abdillah Onim dan keluarga tidak terluka karena memang sudah mengungsi sejak hari pertama ke rumah keluarga istri Abdilah Onim.
Selain 19 relawan asal Indonesia (termasuk saya) dan Abdillah Onim, ada satu lagi WNI yang berada di jalur Gaza. Namanya Rina, wanita asal Cianjur, Jawa Barat yang menikah dengan pria Palestina bernama Ahmad. Rina sudah berada di Gaza sejak setahun lalu dan sudah dikaruniai seorang putra bernama Yahya yang berumur delapan tahun.
Rina tinggal di Kota Gaza yang jauh dari perbatasan. Sekalipun jauh dari perbatasan namun Kota Gaza juga menjadi sasaran serangan udara militer Israel karena pada dasarnya memang tidak ada tempat yang aman di seluruh jalur Gaza luput dari serangan Israel.
Rina terpaksa harus melahirkan anak keduanya dalam keadaan prematur akibat tekanan mental dan ledakan yang kerap mengejutkan si ibu dan si janin. Meski demikan alhamdulillah kondisi Rina dan anaknya sehat. Saya dan beberapa teman relawan beberapa hari yang lalu sempat mengunjungi keluarga mereka di kediamannya. Sambil menjenguk anak indo-gaza yang baru lahir kami juga menyalurkan bantuan dari warga Indonesia yang dikirim melalui yayasan MER-C Jakarta.
Sampai laporan ini diturunkan, tercatat sedikitnya 430 warga Palestina tewas dan lebih dari 3.000 warga mengalami luka. Pembantaian terakhir terjadi beberapa menit yang lalu dimana satu serangan udara beruntun militer Israel di Desa Syija'iah, Gaza timur menewaskan 60 warga sipil dan melukai 400 warga. Jumlah korban ini masih terus bertambah setiap detiknya.(Sumber : Republika)