“Itu tindakan mengerikan!” kata Ki-moon, yang menyerukan segera diakhirinya invasi Israel yang sudah berjalan hampir dua minggu ini. Komentar Ki-moon itu disampaikan Minggu kemamrin, menjelang pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB di Gaza pada Senin (21/7/2014).
Pertemuan darurat itu atas permintaan Yordania. Pihak Amerika Serikat (AS) yang merupakan sekutu Israel juga terus mengupayakan gencatan senjata. Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, sedang menuju Mesir untuk mengupayakan gencatan senjata di Gaza.
Dalam pertemuan darurat itu, Ki-moon dijdawalkan bertemu Emir Qatar, Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani, Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, dan Menteri Luar Negeri Qatar, Khaled al-Attiya. Sebelum pertemuan darurat itu, Ki-moon melakukan perjalanan ke Doha.
“Sementara saya sedang perjalanan ke Doha, saya tahu puluhan warga sipil lainnya telah tewas dalam serangan militer Israel di Gaza. Saya mengutuk tindakan mengerikani itu,” kata Ki-moon, dalam sebuah pernyataan setelah melakukan pembicaraan dengan Attiya, seperti dikutip Al Jazeera.
”Israel harus menahan diri secara maksimum. Saya ulangi permintaan saya kepada semua pihak, bahwa mereka harus menghormati hukum kemanusiaan internasional. Kekerasan harus berhenti sekarang,” tegasnya.
Sementara itu, selama invasi di Gaza, Israel telah kehilangnya 13 tentaranya. Bahkan, satu tentara Israel diklaim telah diculik sayap militer Hamas, Brigade al-Qassam.
Saat berbicara di Doha, Qatar, Abbas menyerukan kepada masyarakat internasional untuk melindungi rakyat Palestina terhadap invasi Israel yang membabi buta.
“Dewan Keamanan PBB telah gagal untuk melindungi rakyat Palestina dan saya meminta dewan untuk mengadakan pertemuan darurat hari ini untuk melindungi rakyat Palestina,” katanya. “Apa yang Israel lakukan hari ini adalah kejahatan terhadap kemanusiaan,” lanjut Abbas, kepada wartawan.
Selain menyerukan gencatan senjata, Abbas kembali menekankan kepada semua faksi di Palestina untuk bersatu.
Sementara itu, Hamas mengatakan kesepakatan apapun dengan Israel, harus mencakup pencabutan blokade Israel terhadap Gaza. Blokade selama sewindu terakhir ini telah menyengsarakan rakyat Gaza. Mereka hidup di bawah kemiskinan dan ancaman kematian datang setiap saat.
”Ada usulan Mesir yang tidak diterima oleh Palestina karena tidak ada banyak jaminan untuk gencatan senjata, tidak ada banyak jaminan untuk mengangkat blokade Gaza dan menghentikan pelanggaran di Israel Tepi Barat,” kata juru bicara Hamas, Osama Hamdan kepada Al Jazeera, Senin (21/7/2014).
Juru bicara al-Qassam, menyampaikan penculikan terhadap seorang tentara Israel itu di stasiun televisi Palestina. Dengan menutup muka, juru bicara yang menamakan diri sebagai Abu Ubaida membenarkan penculikan terhadap tentara Israel.
“Kami telah menangkap seorang tentara Zionis (Israel) dan pasukan pendudukan tidak mengakuinya,” kata Abu Ubaida, seperti dikutip Reuters, Senin (21/7/2014). ”Prajurit Israel bernama Shaul Aaron berada di tangan al-Qassam,” lanjut dia.
Warga Palestina menyambut penculikan terhadap tentara Israel itu dengan bersorak di jalan-jalan di Rafah, Jalur Gaza selatan. Sedangkan pihak militer Israel atau IDF sedang menyelidiki klaim penculikan itu.
Penculikan tentara Israel menjadi taktik sayap militer Hamas untuk melawan militer Israel yang bersenjata canggih. Tahun 2006, Hamas pernah menculik tentara Israel bernama Gilad Shalit.
Shalit ditahan sampai tahun 2011. Dia dibebaskan dengan ditukar lebih dari 1.027 tahanan Palestina. Namun, Israel kemudian menangkap ulang para tahanan yang dibebaskan itu.
Sementara itu, selama invasi Israel di Jalur Gaza, jumlah korban tewas menurut tim medis Gaza, sudah mencapai 430 orang. Semua korban dari warga Palestina di Gaza. Sedangkan dari pihak Israel sebanyak 13 tentara mereka tewas.
Netanyahu mengatakan hak Israel untuk membela diri dalam menghadapi serangan roket militan dari Gaza mendapat dukungan internasional.
”Kami sedang melakukan kegiatan kompleks, mendalam, dan intensif di Jalur Gaza dan ada dukungan dunia untuk ini,” katanya dalam konferensi pers di Kementerian Pertahanan Israel, di Tel Aviv, kemarin (20/7/2014).
“Dukungan yang sangat kuat dari komunitas internasional untuk kegiatan yang IDF lakukan,” lanjut Netanyahu, seperti dikutip Al Arabiya.
Netanyahu mengatakan, dukungan internasional itu muncul setelah Israel menerima usulan gencatan senjata yang digulirkan Mesir 15 Juli 2014 lalu. Sebaliknya, Netanyahu melanjutkan, Hamas yang menolak usulan gencatan senjata itu dijauhi komunitas internasional.
”Sebagai negara demokrasi, Israel menggunakan alat yang sah untuk membela diri untuk mencoba dan merugikan mereka yang menembakkan roket pada kami. Saya pikir perbedaan ini jelas bagi sebagian besar pemimpin dunia,” ucap Netanyahu.
Salah satu yang mendukung invasi Israel, menurut Netanyahu adalah pihak Washington. Meski, Presiden Barack Obama telah menyuarakan keprihatinan tentang meningkatnya jumlah kematian warga sipil di Gaza akibat invasi Israel.
Dia bahkan mengklaim dukungan itu diberikan langsung Obama melalui percakapan telepon. Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, John Kerry menyalahkan Hamas atas konflik berdarah abadi di Gaza. Alasannya, Hamas terlalu “keras kepala” dengan menolak upaya gencatan senjata.
“Dengan perilakunya, Hamas telah mengundang tindakan Israel lebih lanjut,” ujar Kerry yang menuntut Hamas bertanggung jawab atas konsekuensi yang mengerikan di Jalur Gaza.
“Mereka (Hamas) telah diberikan penawaran untuk melakukan gencatan, namun mereka selalu menolak penawaran (gencatan senjata) tersebut,” ungkap Kerry kepada wartawan, seperti dilansir Maan News, Senin (21/7/2014).
“Mereka sangat keras kepala, mereka selalu menolak upaya yang bisa meredakan krisis ini, meskipun Mesir dan negara-negara sudah meminta dan mendesak agar hal ini segera terealisasi,” tambah Kerry.
Kerry menganggap apa yang telah dilakukan Hamas telah membuat Israel untuk terus bertindak dengan melakukan serangankaian serangan baik melalui darat dan udara, “Tindakan Hamas mengundang Israel untuk berbuah lebih jauh,” ucap Kerry.
Kerry mendesak Hamas agar segera menerima proposal gencatan yang diajukan oleh Mesir. Dirinya menegaskan Hamas harus menunjukan tanggung jawab mereka terhadap warga Gaza dengan melakukan gencatan senjata dengan Israel.
Hamas sendiri mengaku baru dilibatkan dalam proses pembicaraan gencatan senjata itu. Selama ini mereka menyatakan tidak pernah dilibatkan, dan dalam proposal itu mayoritas lebih banyak menguntungkan pihak Israel dibanding mereka.
Melansir Al Arabiya, Senin (21/7/2014), bantahan tersebut diutarakan oleh Duta Besar Israel untuk PBB, Ron Prosor. Dirinya menganggap apa yang diutarakan al-Qassam adakah sebuah kebohongan sematan.
“Tidak ada tentara Israel yang diculik, rumor itu tidak benar,” tegas Prosor kepada wartawan sesaat sebelum mengadakan pertemuan dengan Dewan Keamanan PBB yang akan membahas mengenai situasi terbaru di Gaza.
Klaim ini datang setelah seorang juru bicara al-Qassal yang menamakan diri sebagai Abu Ubaida membuat sebuah pernyataan di televisi Palestina.
"Prajurit Israel bernama Shaul Aaron berada di tangan Qassam," ungkap Abu Ubaida.
Sementara itu, warga Palestina menyambut penculikan terhadap tentara Israel itu dengan bersorak di jalan-jalan di Rafah, Jalur Gaza selatan. Setidaknya sudah 13 tentara Israel yang berhasil ditewaskan Hamas dalam beberapa pertempuran di Gaza.(Sumber : Sindo)